Semarang (ANTARA) - Bank Jateng terus mengoptimalkan peran dan kontribusinya untuk masyarakat tidak sekadar mencari terobosan melainkan juga bersikap dalam melayani masyarakat, apalagi usianya yang telah masuk 56 tahun pada tahun ini. 

"Diperlukan pendekatan budaya secara intens dalam melayani masyarakat, sehingga bisa memberi nilai lebih bagi masyarakat," kata Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno dalam diskusi publik "Mengoptimalkan Peran Bank Jateng" di Kantor Pusat Bank Jateng Jalan Pemuda, Semarang, Rabu.

Dalam diskusi tersebut menghadirkan keynote speaker Sekda Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono beserta sejumlah pembicara yaitu Budayawan Prie GS, Guru Besar Ekonomi Unika Soegijapranata Prof Andreas Lako, dan moderator Pemimpin Redaksi Suara Merdeka Gunawan Permadi. 

Sekda Provinsi Jateng Sri Puryono mengakui kinerja Bank Jateng tahun 2018 cukup positif yang ditunjukkan dengan pertumbuhan aset sebesar 8,39 persen (Rp66,6 triliun) dari tahun sebelumnya (tahun 2017, realisasi aset Bank Jateng Rp61,4 triliun).

Sri Puryono berharap Bank Jateng terus meningkatkan kinerjanya dan terus bersinergi dengan BUMD yang ada di Jateng yang saat ini berjumlah 10 BUMD selain Bank Jateng yakni PT Citra Mandiri Jawa Tengah, BPR BKK, PT Perusahaan Daerah Air Bersih (PDAB), Kawasan Industri Wijaya Kusuma, PT Askrida, PT Pusat Rekreasi Promosi dan Pembangunan (PRPP), PT Sarana Pembangunan Jawa Tengah (SPJT), PT Sarana Patra Hulu Cepu (SPHC), dan PT Jamkrida.

"Bank Jateng bisa meningkatkan koordinasi dengan BUMD lainnya. Menjalin sinergi dan koordinasi yang baik sehingga dapat mengembangkan kinerja bisnis Bank Jateng ke depan," harapnya. 

Sementara itu, Prof Andreas Lako menambahkan tren kinerja dan posisi keuangan Bank Jateng tahun 2013-2018 menunjukkan terus ada peningkatan dan Bank Jateng termasuk BPD terbaik di Jawa dan Indonesia.

"Tren kontribusi finansial Bank Jateng ke pemerintah pusat melalui pajak dan pemprov/pemkab/pemkot melalui laba, deviden, dan bagi hasil juga menunjukkan peningkatan dan terbesar untuk kategori BUMD Jateng," katanya.

Akan tetapi, lanjut Andreas, ada sejumlah permasalahan krusial strategis yang patut mendapat perhatian serius bagi pemegang saham dan manajemen yakni tren profitabilitas menurun, kontribusi untuk mewujudkan visi korporasi belum optimal, dan corporate sustainbility Bank Jateng mengkhawatirkan karena konstelasi lingkungan bisnis yang kompetitif dan disruptif.

"Perbankan adalah bisnis pamor, menjaga reputasi, dan nama baik. Bagaimana menciptakan dan menjaga pamor serta menekan risiko. Kecepatan dan ketepatan dari mulai pimpinan sampai level bawah diperlukan agar keberlanjutan Bank Jateng akan terwujud," tambahnya.

 

Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024