Semarang (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Tengah menyebut banjir yang terjadi di Kabupaten Klaten merupakan fenomena hidrometeorologi.
"Fenomene hidrometeorologi menyebabkan perubahan iklim yang berakibat perubahan curah hujan lebih dari 300 mm atau sangat tinggi," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Provinsi Jateng Sudaryanto di Semarang, Jumat.
Berdasarkan data BPBD Jateng, banjir melanda 17 desa di enam kecamatan di Kabupaten Klaten, sedangkan daerah terparah di tiga desa di Kecamatan Cawas.
Kecamatan lain yang juga dilanda banjir adalah delapan desa di Kecamatan Bayat, dua desa di Kecamatan Wedi, dan masing-masing satu desa di Gantiwarno, Klaten Selatan, dan Trucuk
Ia mengatakan curah hujan tinggi yang menyebabkan banjir di beberapa daerah saat ini dipengaruhi arah angin.
"Pada saat bencana itu, arah angin menuju ke selatan dan timur, maka yang kena wilayah Jateng bagian selatan dan timur, termasuk juga di wilayah Jawa Timur, seperti Ngawi dan Madiun," ujarnya.
Saat ini informasi dari BMKG diketahui arah angin masih menuju timur dan salah satu wilayah yang akan dilewati adalah Nusa Tenggara Timur.
Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan fenomena hidrometeorologi akan kembali ke Jateng sehingga Sudaryanto meminta masyarakat terus berkoordinasi dengan sukarelawan bencana di wilayah setempat.
Di sisi lain, lanjut dia, penerapan "ilmu titen" perlu terus digiatkan, antara lain jika hujan dengan intensitas tinggi selama dua jam maka masyarakat siap-siap untuk mengungsi.
Sebagai langkah penanganan banjir Klaten, BPBD kabupaten/kota dan provinsi telah mendirikan posko banjir di wlayah yang terdapat banyak pengungsi.
Salah satunya di Kecamatan Cawas yang tercatat 14 kepala keluarga yang terdiri dari 40 jiwa yang mengungsi.
Bantuan dari Pemerintah Provinsi Jateng juga telah didistribusikan seperti mi instan, beras, minyak, dan bahan pangan pokok lainnya.
"Fenomene hidrometeorologi menyebabkan perubahan iklim yang berakibat perubahan curah hujan lebih dari 300 mm atau sangat tinggi," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Provinsi Jateng Sudaryanto di Semarang, Jumat.
Berdasarkan data BPBD Jateng, banjir melanda 17 desa di enam kecamatan di Kabupaten Klaten, sedangkan daerah terparah di tiga desa di Kecamatan Cawas.
Kecamatan lain yang juga dilanda banjir adalah delapan desa di Kecamatan Bayat, dua desa di Kecamatan Wedi, dan masing-masing satu desa di Gantiwarno, Klaten Selatan, dan Trucuk
Ia mengatakan curah hujan tinggi yang menyebabkan banjir di beberapa daerah saat ini dipengaruhi arah angin.
"Pada saat bencana itu, arah angin menuju ke selatan dan timur, maka yang kena wilayah Jateng bagian selatan dan timur, termasuk juga di wilayah Jawa Timur, seperti Ngawi dan Madiun," ujarnya.
Saat ini informasi dari BMKG diketahui arah angin masih menuju timur dan salah satu wilayah yang akan dilewati adalah Nusa Tenggara Timur.
Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan fenomena hidrometeorologi akan kembali ke Jateng sehingga Sudaryanto meminta masyarakat terus berkoordinasi dengan sukarelawan bencana di wilayah setempat.
Di sisi lain, lanjut dia, penerapan "ilmu titen" perlu terus digiatkan, antara lain jika hujan dengan intensitas tinggi selama dua jam maka masyarakat siap-siap untuk mengungsi.
Sebagai langkah penanganan banjir Klaten, BPBD kabupaten/kota dan provinsi telah mendirikan posko banjir di wlayah yang terdapat banyak pengungsi.
Salah satunya di Kecamatan Cawas yang tercatat 14 kepala keluarga yang terdiri dari 40 jiwa yang mengungsi.
Bantuan dari Pemerintah Provinsi Jateng juga telah didistribusikan seperti mi instan, beras, minyak, dan bahan pangan pokok lainnya.