Semarang (Antaranews Jateng) - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menjajaki kerja sama di berbagai bidang dengan Pemerintah Suriname yang 14 persen penduduknya keturunan Jawa.
"Saya rasa peluang kerja sama dengan Provinsi Jawa Tengah sangat besar, bisa meningkatkan hubungan antara Indonesia dan Suriname lebih berkembang dan maju, apalagi 14 persen penduduk Suriname keturunan Indonesia, Jawa Tengah khususnya," kata Julang Pujianto selaku Duta Besar Republik Indonesia untuk Suriname dan Republik Guyana yang berkedudukan di Paramaribo saat berkunjung ke rumah dinas Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di Semarang, Selasa.
Ia menyebutkan potensi kerja sama di bidang industri dan permebelan besar karena 80 persen wilayah Suriname masih berupa hutan, namun jumlah tenaga ahli di bidang pengolahan kayu masih kurang.
Di bidang pariwisata, lanjut dia, KBRI di Suriname saat ini mempunyai program Family Pilgrim Trip, yakni program wisata dari Suriname ke Indonesia, khususnya untuk mengingat atau mengunjungi kembali keluarga dari warga Suriname yang berasal dari Jateng.
Program Family Pilgrim Trip itu dilakukan sekali dalam satu tahun dan telah berjalan tiga tahun dengan tiap pemberangkatan sekitar 30 orang, diajak keliling dari Jakarta, Bali, hingga kota-kota di Jawa Timur serta Jawa Tengah.
"Memang ini tidak mudah karena harus melacak, tapi teknologi program itu kita upayakan. Ini sudah ada setiap tahun sekali yang diorganisir KBRI Paramaribo," ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengakui bahwa potensi kerja sama dengan Pemerintah Suriname cukup terbuka lebar.
Kendati demikian, Ganjar memberikan beberapa catatan agar kerja sama itu menguntungkan kedua belah pihak.
"Jika dilihat dari jarak, perlu strategi khusus agar jalinan tersebut tidak membuat rugi Indonesia, Jawa Tengah khususnya. Kita harus ofensif di sisi perdagangan misal garmen, `military uniform`, kan juaranya Indonesia dan ada di Jateng," katanya.
Ganjar menegaskan akan lebih efektif jika pihaknya mengirim tenaga-tenaga ahli agar melatih tenaga kerja di Suriname.
Politikus PDI Perjuangan itu menggambarkan jumlah ahli ukir di Jepara melimpah, sedangkan serbuan industri membuat mereka harus beralih profesi dengan bekerja di pabrik-pabrik.
"Kalau seperti itukan lebih baik mereka kita kirim ke sana. Yang mereka butuh kan ahli kayu, bukan mereka jual ke kita, tapi `indirect`. Kita ajarkan, tapi silakan kamu jual ke negara lain, jangan ke Indonesia karena punya kita lebih bagus," ujarnya.
Untuk mempererat jalinan persaudaraan antara Suriname dengan warga Jawa Tengah, Ganjar berharap selain program Family Pilgrim Trip ada program pertukaran siaran informasi dan dokumentasi.
"Saya rasa peluang kerja sama dengan Provinsi Jawa Tengah sangat besar, bisa meningkatkan hubungan antara Indonesia dan Suriname lebih berkembang dan maju, apalagi 14 persen penduduk Suriname keturunan Indonesia, Jawa Tengah khususnya," kata Julang Pujianto selaku Duta Besar Republik Indonesia untuk Suriname dan Republik Guyana yang berkedudukan di Paramaribo saat berkunjung ke rumah dinas Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di Semarang, Selasa.
Ia menyebutkan potensi kerja sama di bidang industri dan permebelan besar karena 80 persen wilayah Suriname masih berupa hutan, namun jumlah tenaga ahli di bidang pengolahan kayu masih kurang.
Di bidang pariwisata, lanjut dia, KBRI di Suriname saat ini mempunyai program Family Pilgrim Trip, yakni program wisata dari Suriname ke Indonesia, khususnya untuk mengingat atau mengunjungi kembali keluarga dari warga Suriname yang berasal dari Jateng.
Program Family Pilgrim Trip itu dilakukan sekali dalam satu tahun dan telah berjalan tiga tahun dengan tiap pemberangkatan sekitar 30 orang, diajak keliling dari Jakarta, Bali, hingga kota-kota di Jawa Timur serta Jawa Tengah.
"Memang ini tidak mudah karena harus melacak, tapi teknologi program itu kita upayakan. Ini sudah ada setiap tahun sekali yang diorganisir KBRI Paramaribo," ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengakui bahwa potensi kerja sama dengan Pemerintah Suriname cukup terbuka lebar.
Kendati demikian, Ganjar memberikan beberapa catatan agar kerja sama itu menguntungkan kedua belah pihak.
"Jika dilihat dari jarak, perlu strategi khusus agar jalinan tersebut tidak membuat rugi Indonesia, Jawa Tengah khususnya. Kita harus ofensif di sisi perdagangan misal garmen, `military uniform`, kan juaranya Indonesia dan ada di Jateng," katanya.
Ganjar menegaskan akan lebih efektif jika pihaknya mengirim tenaga-tenaga ahli agar melatih tenaga kerja di Suriname.
Politikus PDI Perjuangan itu menggambarkan jumlah ahli ukir di Jepara melimpah, sedangkan serbuan industri membuat mereka harus beralih profesi dengan bekerja di pabrik-pabrik.
"Kalau seperti itukan lebih baik mereka kita kirim ke sana. Yang mereka butuh kan ahli kayu, bukan mereka jual ke kita, tapi `indirect`. Kita ajarkan, tapi silakan kamu jual ke negara lain, jangan ke Indonesia karena punya kita lebih bagus," ujarnya.
Untuk mempererat jalinan persaudaraan antara Suriname dengan warga Jawa Tengah, Ganjar berharap selain program Family Pilgrim Trip ada program pertukaran siaran informasi dan dokumentasi.