Semarang (Antaranews Jateng) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis kinerja industri jasa keuangan (IJK) di tahun ini akan tumbuh positif sebagai lanjutan pertumbuhan yang cukup bagus di tahun 2018.

Hal tersebut disampaikan Kepala Regional 3 Jawa Tengah dan DIY Aman Santosa dalam acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2019 di Semarang, Senin (28/1) malam. Hadir dalam kesempatan tersebut Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Tirta Segara, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, serta stakeholder terkait.

OJK, jelas Aman Santosa, melihat tantangan di tahun 2019 tidak lebih mudah dibandingkan 2018, sehingga diperlukan fasilitasi dan kemudahan dalam mendukung sektor-sektor prioritas pemerintah melalui kebijakan dan inisiatif.

"OJK telah menyiapkan beberapa kebijakan strategis terkait dengan alternatif pembiayaan sektor strategis pemerintah, akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional, akses keuangan bagi UMKM dan masyarakat kecil, persiapan IJK dalam menghadapi revolusi industri 4.0, serta reformasi bisnis proses industri dan internal OJK.

Selain mengimplementasikan kebijakan strategis tersebut, OJK KR 3 Jawa Tengah dan DIY akan tetap melakukan berbagai upaya penguatan dan penyehatan IJK di Jawa Tengah dan DIY melalui peningkatan permodalan, merger, konsolidasi dan akuisisi, penerapan tata kelola dan manajemen risiko yang lebih baik, serta peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia dan Teknologi Informasi. 

"Upaya tersebut akan dilakukan dengan melibatkan peran aktif asosiasi, pemegang saham, dan penguatan mekanisme pengawasan internal Industri Jasa Keuangan itu sendiri. Dibutuhkan kolaborasi yang baik dengan seluruh pemangku kepentingan dan kami berharap seluruh pelaku sektor jasa keuangan dapat mewujudkannya," katanya.

Aman menyebutkan secara umum posisi Desember 2018 kinerja Perbankan di Jawa Tengah tumbuh positif, dilihat dari pertumbuhan aset sebesar 8,47 persen yoy atau mencapai Rp415,3 triliun, kredit sebesar 8,56 persen yoy atau mencapai Rp302,8 triliun, serta Dana Pihak Ketiga sebesar 8,81 persen yoy atau mencapai Rp310,4 triliun, pertumbuhan dana pihak ketiga tersebut lebih tinggi dibandingkan nasional yang sebesar 6,56 persen. Sementara di DIY, pertumbuhan aset sebesar 5,80 persen yoy, kredit sebesar 9,93 persen yoy, dan dana pihak ketiga sebesar 5,63 persen yoy.

Penyaluran kredit per sektor ekonomi, tambah Aman, masih didominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran yaitu sebesar 32,54 persen diikuti sektor konsumtif sebesar 30,33 persen (digunakan untuk kredit modal kerja dengan pangsa 54,75 persen untuk Jateng dan 38,81 persen untuk DIY).

Sementara kredit usaha rakyat (KUR) pencapaian di Jawa Tengah sebesar Rp21,22 triliun atau mencapai 17,63 persen dari total penyaluran KUR secara nasional yang mencapai Rp120,34 triliun. Penyaluran Kredit Ultra Mikro (UMi) di Jawa Tengah juga menempati urutan kedua terbesar dengan pencapaian sebesar Rp360,63 miliar atau 21,63 persen dari total penyaluran UMi secara nasional yang mencapai Rp1,66 triliun.

Untuk di sektor industri syariah, Aman menyebutkan ada perkembangan menggembirakan di Jawa Tengah dengan aset perbankan syariah tumbuh sebesar 14,13 persen yoy atau mencapai Rp29,9 triliun, pembiayaan sebesar 16,37 persen yoy atau mencapai Rp20,7 triliun, dan dana pihak ketiga tumbuh sebesar 7,70 persen yoy atau mencapai Rp20,7 triliun. Jika ditinjau dari pangsa pasarnya, aset perbankan syariah Jawa Tengah tercatat sebesar 7,20 persen jauh di atas pangsa nasional yang hanya sebesar 5,96 persen.

"Perkembangan positif juga terlihat di industri pasar modal, selama 2018 tercatat tiga emiten baru, sehingga jumlah emiten di Jawa Tengah saat ini menjadi 10 emiten dan jumlah investor sebanyak 81.408 dengan nilai transaksi sebesar Rp6,58 triliun," kata Aman Santosa.

Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024