Kendal (Antaranews Jateng) - Nukman Luthfie, pakar media sosial Indonesia, semasa hidupnya dikenal oleh keluarganya sebagai sosok yang ulet.
"Soal ulet, Mas Nukman itu yang pertama. Kebetulan, beliau anak kedua dari sembilan bersaudara. Kakak pertama saya, perempuan," kata Fahmi Makky, adik Nukman Luthfie, di Kendal, Jawa Tengah, Minggu.
Ditemui usai pemakaman, Fahmi menceritakan Nukman secara tidak langsung seperti menjadi anak sulung, sebagai anak laki-laki pertama dari keluarga dan memang sangat bertanggung jawab.
Apalagi, sudah ditanamkan di dalam keluarga mengenai prinsip ulet, terbukti dari karier Nukman yang pernah menjadi kolumnis artikel, jurnalis, hingga menjadi analis medsos.
Meski jebolan Jurusan Teknik Nuklir UGM Yogyakarta itu, sosok kelahiran Semarang, 24 September 1964 itu akhirnya lebih banyak berkecimpung dan berkarier di dunia media.
"Di keluarga ada prinsip. Apa yang terlihat, asal selalu kamu tekuni pasti bisa. Ya, awalnya Mas Nukman di jurnalis juga di desk teknik. Enggak jauh dari kuliahnya," katanya.
Ayah tiga anak itu banyak menghabiskan masa sekolahnya di Semarang dengan menempati rumah keluarga besarnya di Jalan Pemuda 105 Semarang, yang sekarang ini berada persis di depan Paragon Mal Semarang.
Bahkan, suami Nurul Akhatik itu menamatkan pendidikan menengah atasnya di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Semarang, sebelum melanjutkan kuliahnya di Kota Gudeg.
Hanya saja, kata dia, semasa taman kanak-kanak (TK), Nukman pernah ikut kakeknya yang merupakan ulama besar Nahdlatul Ulama (NU), yakni KH Achmad Abdul Hamid, bersekolah di Kendal.
Fahmi menceritakan Nukman mulai dirawat di Rumah Sakit (RS) Bethesda Yogyakarta pada Sabtu (5/1) lalu karena terkena stroke, tetapi tidak banyak diinformasikan agar bisa banyak beristirahat.
"Ini stroke yang ketiga. Almarhum ketika itu di Yogyakarta karena mampir setelah ada acara di Semarang. Kebetulan, anaknya berlibur di rumah mertua. Tetapi, kemudian drop," katanya.
Pada Minggu (6/1), Fahmi sempat menjenguk kakaknya itu dan kondisinya ketika itu sudah lumayan bagus karena kaki dan tangannya sudah bisa digerakkan, tinggal jari-jarinya atau motorik halus.
"Diajak ngobrol, daya ingatnya juga masih bagus. Sabtu (12/1) malam itu sebenarnya sudah persiapan pulang. Diizinkan dokter dirawat di Jakarta, tetapi malah drop," kenangnya.
Nukman tutup usia pada Sabtu, 12 Januari 2019 sekitar pukul 22.15 WIB setelah seminggu dirawat di RS Bethesda Yogyakarta, dan telah dimakamkan di TPU Grabag, Langenharjo, Kendal, Minggu.
"Soal ulet, Mas Nukman itu yang pertama. Kebetulan, beliau anak kedua dari sembilan bersaudara. Kakak pertama saya, perempuan," kata Fahmi Makky, adik Nukman Luthfie, di Kendal, Jawa Tengah, Minggu.
Ditemui usai pemakaman, Fahmi menceritakan Nukman secara tidak langsung seperti menjadi anak sulung, sebagai anak laki-laki pertama dari keluarga dan memang sangat bertanggung jawab.
Apalagi, sudah ditanamkan di dalam keluarga mengenai prinsip ulet, terbukti dari karier Nukman yang pernah menjadi kolumnis artikel, jurnalis, hingga menjadi analis medsos.
Meski jebolan Jurusan Teknik Nuklir UGM Yogyakarta itu, sosok kelahiran Semarang, 24 September 1964 itu akhirnya lebih banyak berkecimpung dan berkarier di dunia media.
"Di keluarga ada prinsip. Apa yang terlihat, asal selalu kamu tekuni pasti bisa. Ya, awalnya Mas Nukman di jurnalis juga di desk teknik. Enggak jauh dari kuliahnya," katanya.
Ayah tiga anak itu banyak menghabiskan masa sekolahnya di Semarang dengan menempati rumah keluarga besarnya di Jalan Pemuda 105 Semarang, yang sekarang ini berada persis di depan Paragon Mal Semarang.
Bahkan, suami Nurul Akhatik itu menamatkan pendidikan menengah atasnya di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Semarang, sebelum melanjutkan kuliahnya di Kota Gudeg.
Hanya saja, kata dia, semasa taman kanak-kanak (TK), Nukman pernah ikut kakeknya yang merupakan ulama besar Nahdlatul Ulama (NU), yakni KH Achmad Abdul Hamid, bersekolah di Kendal.
Fahmi menceritakan Nukman mulai dirawat di Rumah Sakit (RS) Bethesda Yogyakarta pada Sabtu (5/1) lalu karena terkena stroke, tetapi tidak banyak diinformasikan agar bisa banyak beristirahat.
"Ini stroke yang ketiga. Almarhum ketika itu di Yogyakarta karena mampir setelah ada acara di Semarang. Kebetulan, anaknya berlibur di rumah mertua. Tetapi, kemudian drop," katanya.
Pada Minggu (6/1), Fahmi sempat menjenguk kakaknya itu dan kondisinya ketika itu sudah lumayan bagus karena kaki dan tangannya sudah bisa digerakkan, tinggal jari-jarinya atau motorik halus.
"Diajak ngobrol, daya ingatnya juga masih bagus. Sabtu (12/1) malam itu sebenarnya sudah persiapan pulang. Diizinkan dokter dirawat di Jakarta, tetapi malah drop," kenangnya.
Nukman tutup usia pada Sabtu, 12 Januari 2019 sekitar pukul 22.15 WIB setelah seminggu dirawat di RS Bethesda Yogyakarta, dan telah dimakamkan di TPU Grabag, Langenharjo, Kendal, Minggu.