Kendal (Antaranews Jateng) - Jenazah pakar media sosial Indonesia Nukman Luthfie yang meninggal Sabtu (12/1) pukul 22.15 di Yogyakarta, dimakankan di Kompleks Tempat Pemakaman Umum (TPU) Grabag, Langenharjo, Kabupaten Kendal, Jateng, Minggu, berdekatan dengan makam kakeknya dan persis di samping makam ibundanya.
Kakek Nukman adalah KH Achmad Abdul Hamid yang merupakan ulama besar Nahdlatul Ulama (NU) yang juga pengasuh Pondok Pesantren Al Hidayah Kendal, sekaligus Imam Masjid Besar Kendal. Beliau juga merupakan sahabat KH Wahid Hasyim.
enazah sosok kelahiran Semarang, 24 September 1964 itu tiba dari Yogyakarta di Masjid Besar Kendal sekitar pukul 09.30 WIB untuk dishalatkan, sebelum diberangkatkan ke pemakaman.
Para pelayat dari berbagai kalangan berdatangan, seperti kawan-kawan sekolahnya, rekan kerja, termasuk dari jaringan Gusdurian, untuk mengantarkan almarhum ke peristirahatan terakhir.
Sejumlah karangan bunga terlihat di pintu masuk kompleks makam, seperti dari Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, kawan-kawan ALSTE (Alumni SMA Negeri 3 Semarang).
Adik almarhum, Fahmi Makky (52) menjelaskan pemakaman di Kendal itu merupakan permintaan istri Nukman dengan pertimbangan keluarga besar agar satu kompleks dengan makam ibu dan kakeknya.
"Kebetulan, Mas Nukman ini dulu pernah diasuh Mbak Kakung (KH Achmad Abdul Hamid). Kalau tidak salah pas taman kanak-kanak (TK) di Kendal, kemudian sekolah dasar (SD) di Semarang," katanya.
Sebagai penanda, nisan makam alumnus Jurusan Teknik Nuklir UGM itu pun terlihat sederhana dengan nama yang tidak diukir sebagaimana nisan biasanya, melainkan ditulis dengan spidol.
"Memang sudah menjadi tradisi dalam keluarga untuk nisan tidak pakai nama. Ya, cukup seperti itu. Sebagai penanda saja kalau ada keluarga jauh datang untuk menengok," katanya.
Mengenai sakit yang diderita almarhum, Fahmi menceritakan kakaknya yang merupakan anak kedua dari sembilan bersaudara itu sudah ketiga kalinya ini terkena serangan stroke.
Sebelumnya, kata dia, almarhum sudah dua kali terkena stroke, tetapi pulih, hingga serangan ketiga yang membuatnya harus dirawat selama seminggu di RS Bethesda Yogyakarta.
"Sebenarnya, tadi (12/1) malam itu Mas Nukman persiapan pulang. Sudah diizinkan dokter dirawat di Jakarta, tetapi harus dibawa pakai ambulans dengan dokter. Namun, paginya drop hingga akhirnya meninggal," kata Fahmi.
Kakek Nukman adalah KH Achmad Abdul Hamid yang merupakan ulama besar Nahdlatul Ulama (NU) yang juga pengasuh Pondok Pesantren Al Hidayah Kendal, sekaligus Imam Masjid Besar Kendal. Beliau juga merupakan sahabat KH Wahid Hasyim.
enazah sosok kelahiran Semarang, 24 September 1964 itu tiba dari Yogyakarta di Masjid Besar Kendal sekitar pukul 09.30 WIB untuk dishalatkan, sebelum diberangkatkan ke pemakaman.
Para pelayat dari berbagai kalangan berdatangan, seperti kawan-kawan sekolahnya, rekan kerja, termasuk dari jaringan Gusdurian, untuk mengantarkan almarhum ke peristirahatan terakhir.
Sejumlah karangan bunga terlihat di pintu masuk kompleks makam, seperti dari Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, kawan-kawan ALSTE (Alumni SMA Negeri 3 Semarang).
Adik almarhum, Fahmi Makky (52) menjelaskan pemakaman di Kendal itu merupakan permintaan istri Nukman dengan pertimbangan keluarga besar agar satu kompleks dengan makam ibu dan kakeknya.
"Kebetulan, Mas Nukman ini dulu pernah diasuh Mbak Kakung (KH Achmad Abdul Hamid). Kalau tidak salah pas taman kanak-kanak (TK) di Kendal, kemudian sekolah dasar (SD) di Semarang," katanya.
Sebagai penanda, nisan makam alumnus Jurusan Teknik Nuklir UGM itu pun terlihat sederhana dengan nama yang tidak diukir sebagaimana nisan biasanya, melainkan ditulis dengan spidol.
"Memang sudah menjadi tradisi dalam keluarga untuk nisan tidak pakai nama. Ya, cukup seperti itu. Sebagai penanda saja kalau ada keluarga jauh datang untuk menengok," katanya.
Mengenai sakit yang diderita almarhum, Fahmi menceritakan kakaknya yang merupakan anak kedua dari sembilan bersaudara itu sudah ketiga kalinya ini terkena serangan stroke.
Sebelumnya, kata dia, almarhum sudah dua kali terkena stroke, tetapi pulih, hingga serangan ketiga yang membuatnya harus dirawat selama seminggu di RS Bethesda Yogyakarta.
"Sebenarnya, tadi (12/1) malam itu Mas Nukman persiapan pulang. Sudah diizinkan dokter dirawat di Jakarta, tetapi harus dibawa pakai ambulans dengan dokter. Namun, paginya drop hingga akhirnya meninggal," kata Fahmi.