Solo (Antaranews Jateng) - Komunitas Craft Laweyan Surakarta memudahkan para anggota yang merupakan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), memasarkan produk kepada para konsumen.
"Sebelumnya saya hanya menjalankan usaha sendiri, kalau sekarang saya banyak berkecimpung memberdayakan pelaku UMKM melalui keberadaan komunitas ini," kata Ketua Komunitas Craft Laweyan Aris Adi Purwoko di Solo, Rabu.
Ia mengatakan sistem pemasaran yang banyak dilakukan oleh komunitas tersebut, yaitu mengikuti pameran. Menurut dia, pameran tersebut masih terbatas di Kota Solo.
Menurut dia, sejauh ini jumlah anggota di komunitas tersebut sebanyak 10 pelaku UMKM. Mereka ini memproduksi berbagai macam kerajinan tangan.
"Beberapa di antaranya ada rajutan dari daun Agel, kain batik yang dibuat kerajinan bros, dompet, dan tempat tisu, serta kerajinan tangan seperti dompet dan tas berbahan baku rafia Jepang," katanya.
Ia mengatakan terbentuknya komunitas tersebut berawal dari keinginan para pengrajin mewadahi para pelaku UMKM untuk mengembangkan usahanya.
"Sebelumnya, Laweyan kan hanya terkenal dengan batiknya. Kami ingin tidak hanya itu, Laweyan bisa juga terkenal karena kerajinan tangannya. Oleh karena itu, kami membentuk komunitas ini," katanya.
Sementara itu, untuk mengembangkan komunitas tersebut dalam waktu dekat pihaknya akan membentuknya menjadi koperasi.
"Dengan begitu nantinya ada fasilitas simpan pinjam. Selain untuk menambah modal juga untuk meremajakan peralatan produksi," katanya.
"Sebelumnya saya hanya menjalankan usaha sendiri, kalau sekarang saya banyak berkecimpung memberdayakan pelaku UMKM melalui keberadaan komunitas ini," kata Ketua Komunitas Craft Laweyan Aris Adi Purwoko di Solo, Rabu.
Ia mengatakan sistem pemasaran yang banyak dilakukan oleh komunitas tersebut, yaitu mengikuti pameran. Menurut dia, pameran tersebut masih terbatas di Kota Solo.
Menurut dia, sejauh ini jumlah anggota di komunitas tersebut sebanyak 10 pelaku UMKM. Mereka ini memproduksi berbagai macam kerajinan tangan.
"Beberapa di antaranya ada rajutan dari daun Agel, kain batik yang dibuat kerajinan bros, dompet, dan tempat tisu, serta kerajinan tangan seperti dompet dan tas berbahan baku rafia Jepang," katanya.
Ia mengatakan terbentuknya komunitas tersebut berawal dari keinginan para pengrajin mewadahi para pelaku UMKM untuk mengembangkan usahanya.
"Sebelumnya, Laweyan kan hanya terkenal dengan batiknya. Kami ingin tidak hanya itu, Laweyan bisa juga terkenal karena kerajinan tangannya. Oleh karena itu, kami membentuk komunitas ini," katanya.
Sementara itu, untuk mengembangkan komunitas tersebut dalam waktu dekat pihaknya akan membentuknya menjadi koperasi.
"Dengan begitu nantinya ada fasilitas simpan pinjam. Selain untuk menambah modal juga untuk meremajakan peralatan produksi," katanya.