Jakarta (Antaranews Jateng) - Kelompok hooligan River Plate yang digambarkan sebagai "mafia sepak bola Argentina", dituduh oleh Walikota Buenos Aires Horacio Rodriguez Larreta sebagai biang penyerangan terhadap bus yang ditumpangi pemain Boca Junior menjelang pertemuan kedua final Copa Libertadores.
Seperti dikutip dari bbc.com, akibat insiden tersebut, pertandingan yang seharusnya digelar Sabtu (Minggu WIB) itu setelah sebelumnya sempat tertunda, akhirnya kembali ditunda dan jadwal ulang akan dibicarakan pada Selasa.
Beberapa pemain Boca Junior mengalami cedera ketika jendela bus yang mereka tumpangi dilempari saat menuju Stadion Monumental, markas River Plate.
Menurut Horacio Rodriguez Larreta, serangan terhadap pemain Boca Junior tersebut merupakan aksi balas dendam.
Insiden terjadi sehari setelah polisi menyerang kediaman seorang pemimpin Barra Brava, sebutan untuk kelompok pendukung garis keras River Plate yang dikenal beringas.
Saat kerusuhan terjadi, mereka juga merampas uang sebesar 10 juta peso (207.285 poundsterling) atau setara Rp3,8 miliar, serta 300 lembar tiket.
"Masalahnya ada pada Barra Brava, kelompok mafia yang sudah menempel dalam sepak bola lebih dari 50 tahun," kata Laretta.
Pengamat sepak bola Amerika Selatan Tim Vickery mengatakan, Barra Brava mendapatkan uang melalui kegiatan yang illegal, termasuk menjual tiket di pasar gelap.
"Hooligan di Argentina, bukan hanya sebuah kegemaran, tapi juga bisnis. Tiket bisa berpindah tangan dengan harga yang tidak masuk akal," katanya kepada Radio BBC.
"Jadi salah satu interpretasi dari kekerasan disini dari supporter River Plate adakah insiden ini merupakan serangan balasan dari sebuah kelompok terorganisir, melawan polisi yang menghalangi usaha mereka meraup keuntungan dari pertandingan," katanya.
Beberapa pemain Boca Junior mengalami cedera akibat terkena pecahan kaca dan juga akibat gas air mata yang digunakan polisi untuk membubarkan massa.
Pihak klub Boca Junior meminta badan sepak bola Amerika Selatan (Conmebol) agar turun tangan dan mengizinnkan mereka yang terdampak akibat serangan tersebut pulih terlebih dulu sebelum kembali bertanding.
Larreta juga mengimbau kedua klub agar bekerja sama untuk melakukan penyelidikan atas apa yang terjadi dan akan melakukan apa pun untuk mengatasi masalah tersebut.
"Kita harus menemukan siapa yang memberi mereka tiket dan mengatasi masalah mafia Barra ini. Ini adalah tantangan terbesar kami dan kami tidak akan menyerah," katanya.
Pihak Conmebol mengumumkan bahwa mereka akan bertemu presiden klub Boca dan River Plate pada Selasa (27/11) pukul 13.00 untuk memutuskan kapan pertandingan akan dimainkan.
Seperti dikutip dari bbc.com, akibat insiden tersebut, pertandingan yang seharusnya digelar Sabtu (Minggu WIB) itu setelah sebelumnya sempat tertunda, akhirnya kembali ditunda dan jadwal ulang akan dibicarakan pada Selasa.
Beberapa pemain Boca Junior mengalami cedera ketika jendela bus yang mereka tumpangi dilempari saat menuju Stadion Monumental, markas River Plate.
Menurut Horacio Rodriguez Larreta, serangan terhadap pemain Boca Junior tersebut merupakan aksi balas dendam.
Insiden terjadi sehari setelah polisi menyerang kediaman seorang pemimpin Barra Brava, sebutan untuk kelompok pendukung garis keras River Plate yang dikenal beringas.
Saat kerusuhan terjadi, mereka juga merampas uang sebesar 10 juta peso (207.285 poundsterling) atau setara Rp3,8 miliar, serta 300 lembar tiket.
"Masalahnya ada pada Barra Brava, kelompok mafia yang sudah menempel dalam sepak bola lebih dari 50 tahun," kata Laretta.
Pengamat sepak bola Amerika Selatan Tim Vickery mengatakan, Barra Brava mendapatkan uang melalui kegiatan yang illegal, termasuk menjual tiket di pasar gelap.
"Hooligan di Argentina, bukan hanya sebuah kegemaran, tapi juga bisnis. Tiket bisa berpindah tangan dengan harga yang tidak masuk akal," katanya kepada Radio BBC.
"Jadi salah satu interpretasi dari kekerasan disini dari supporter River Plate adakah insiden ini merupakan serangan balasan dari sebuah kelompok terorganisir, melawan polisi yang menghalangi usaha mereka meraup keuntungan dari pertandingan," katanya.
Beberapa pemain Boca Junior mengalami cedera akibat terkena pecahan kaca dan juga akibat gas air mata yang digunakan polisi untuk membubarkan massa.
Pihak klub Boca Junior meminta badan sepak bola Amerika Selatan (Conmebol) agar turun tangan dan mengizinnkan mereka yang terdampak akibat serangan tersebut pulih terlebih dulu sebelum kembali bertanding.
Larreta juga mengimbau kedua klub agar bekerja sama untuk melakukan penyelidikan atas apa yang terjadi dan akan melakukan apa pun untuk mengatasi masalah tersebut.
"Kita harus menemukan siapa yang memberi mereka tiket dan mengatasi masalah mafia Barra ini. Ini adalah tantangan terbesar kami dan kami tidak akan menyerah," katanya.
Pihak Conmebol mengumumkan bahwa mereka akan bertemu presiden klub Boca dan River Plate pada Selasa (27/11) pukul 13.00 untuk memutuskan kapan pertandingan akan dimainkan.