Solo (Antaranews Jateng) - Produsen kerajinan tangan asal Solo Rumah Seni Artika menargetkan bisa melakukan ekspor mulai tahun depan.
"Ekspor adalah target kami untuk tahun depan, kalau selama ini memang kami lebih banyak melayani penjualan dalam negeri," kata pemilik Rumah Seni Artika Siti Muslikah saat ditemui pada pameran Kadin di Hotel Alila Solo, Senin.
Meski demikian, dikatakannya, sejumlah produknya sudah sampai ke beberapa negara di antaranya Australia dan Perancis karena dibawa oleh sejumlah desainer lokal yang kebetulan mengikuti peragaan busana di luar negeri.
Ia mengatakan beberapa produk yang dihasilkan kebanyakan adalah asesoris, di antaranya gelang, kalung, cincin, dan anting.
Sedangkan untuk bahan baku mulai dari kain batik, batu, tanduk sapi, batu apung, dan mutiara. Selain memproduksi asesoris, dikatakannya, sang suami juga memproduksi kerajinan tangan.
"Tetapi kalau suami lebih ke keris dan atribut keraton. Saya dalam produksi dibantu oleh tiga karyawan, kalau suami dibantu oleh lima karyawan," katanya.
Ia mengatakan meski baru merintis produksi sejak dua tahun lalu, sejauh ini penjualannya cukup baik. Menurut dia, dalam satu bulan omzet yang diperolehnya bisa sekitar Rp20 juta.
"Kalau harga produknya mulai dari Rp50 ribu hingga jutaan rupiah," katanya.
Terkait dengan pemasaran, selama ini ia lebih banyak mengikuti pameran, seperti yang belum lama ini diikutinya yaitu di Samarinda.
"Selain itu saya juga mengirimkan beberapa produk buatan saya di tujuh toko, di antaranya Mirota Batik dan di beberapa toko batik di Laweyan," katanya.
Sementara itu, untuk mempertahankan kepercayaan pelanggan, ia selalu berusaha menjaga eksklusivitas produk buatannya.
"Saya menjaga agar tidak ada model yang sama, satu produk satu desain, jadi produk buatan saya kesannya tidak pasaran," katanya.
"Ekspor adalah target kami untuk tahun depan, kalau selama ini memang kami lebih banyak melayani penjualan dalam negeri," kata pemilik Rumah Seni Artika Siti Muslikah saat ditemui pada pameran Kadin di Hotel Alila Solo, Senin.
Meski demikian, dikatakannya, sejumlah produknya sudah sampai ke beberapa negara di antaranya Australia dan Perancis karena dibawa oleh sejumlah desainer lokal yang kebetulan mengikuti peragaan busana di luar negeri.
Ia mengatakan beberapa produk yang dihasilkan kebanyakan adalah asesoris, di antaranya gelang, kalung, cincin, dan anting.
Sedangkan untuk bahan baku mulai dari kain batik, batu, tanduk sapi, batu apung, dan mutiara. Selain memproduksi asesoris, dikatakannya, sang suami juga memproduksi kerajinan tangan.
"Tetapi kalau suami lebih ke keris dan atribut keraton. Saya dalam produksi dibantu oleh tiga karyawan, kalau suami dibantu oleh lima karyawan," katanya.
Ia mengatakan meski baru merintis produksi sejak dua tahun lalu, sejauh ini penjualannya cukup baik. Menurut dia, dalam satu bulan omzet yang diperolehnya bisa sekitar Rp20 juta.
"Kalau harga produknya mulai dari Rp50 ribu hingga jutaan rupiah," katanya.
Terkait dengan pemasaran, selama ini ia lebih banyak mengikuti pameran, seperti yang belum lama ini diikutinya yaitu di Samarinda.
"Selain itu saya juga mengirimkan beberapa produk buatan saya di tujuh toko, di antaranya Mirota Batik dan di beberapa toko batik di Laweyan," katanya.
Sementara itu, untuk mempertahankan kepercayaan pelanggan, ia selalu berusaha menjaga eksklusivitas produk buatannya.
"Saya menjaga agar tidak ada model yang sama, satu produk satu desain, jadi produk buatan saya kesannya tidak pasaran," katanya.