Wonosobo (Antaranews Jateng) - Ratusan peserta festival hak asasi manusia dari berbagai daerah mengunjungi dan mencoba aneka jenis jajanan tradisional yang dijualbelikan di Pasar Ting Janti, Dusun Giyanti, Desa Kadipaten, Selomerto, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Kamis.

Di pasar yang baru dibuka awal bulan November 2018 tersebut, mereka juga menikmati sajian tari tradisional lengger khas Wonosobo.

Salah satu delegasi asal Ambon, Welsi yang turut dalam kunjungan ke Pasar Ting mengaku kagum dengan khazanah budaya Wonosobo yang berpadu dengan kekayaan kuliner dan disajikan dalam bingkai harmoni sosial kemasyarakatan khas pedesaan.

"Pasarnya unik, yang dijual juga unik, sampai cara membayarnya pun unik, ini luar biasa bagi kami," katanya.

Selain menikmati aneka jajanan tradisional seperti apem, sengkulun, lemper, opak, angleng, dan rangin, Welsi bersama teman juga terlihat membeli beberapa jenis cenderamata hasil kerajinan warga setempat.

Delegasi dari Padang, Wira menuturkan suasana di Pasar Ting Janti ?mencerminkan kehidupan tempo dulu.

Menurut dia, keunikan para pedagang yang mengenakan busana adat Jawa juga mengingatkan pada masa silam.

"Terlebih ini setiap transaksi jual beli kita wajib menggunakan benggol, sejenis mata uang masa lampau yang mengingatkan saya pada adegan di film-film," katanya.

Kehadirannya di pasar Ting, diakuinya menjadi sarana refreshing setelah padatnya acara di festival HAM yang berakhir pada hari ini.

Ia berharap Kabupaten Wonosobo sebagai daerah yang telah dikenal ramah terhadap hak asasi manusia mampu melestarikan tradisi dan budaya khas agar nantinya dikenal lebih luas lagi.

Kunjungan delegasi festival HAM tersebut, diakui Sekretaris Desa Kadipaten Tatag Taufani Anwar menjadi berkah bagi warga Giyanti.

Pasar Ting yang sedianya dibuka pada setiap akhir pekan, mulai Sabtu malam hingga Minggu, disebut Tatag menjadi mendadak ramai dan para penjual yang rata-rata merupakan warga setempat pun terlihat antusias dan gembira.

Kepada para delegasi dari berbagai daerah di seluruh Indonesia itu, Tatag mengaku berupaya menyajikan suasana kehidupan desa di masa-masa sebelum kemerdekaan.

"Pasar ini memang kami desain, selain untuk mengakomodasi kreatifitas ?masyarakat Kadipaten, juga untuk mengingatkan kita kembali pada kehidupan di masa lalu yang sangat bersahabat dan ramah dengan alam, termasuk dalam hal tata kelola pasar," katanya.   

Pewarta : Heru Suyitno
Editor : Mugiyanto
Copyright © ANTARA 2025