Semarang (Antaranews Jateng) - Batik tulis dengan pewarna alami berbahan kain sutera dalam beberapa tahun terakhir ini makin diminati penggemar dan kolektor busana kendati harganya mahal, bisa mencapai Rp15 juta/lembar.

Kepala Bagian Produksi Batik Semarang 16 Andi Nur Muhammad Ihsan di Semarang, Rabu, menjelaskan segmen pasar eksklusif bahan pakaian itu menyasar kalangan pejabat dan pengusaha Indonesia yang menginginkan busana dengan motif unik.

Menurut dia, harga batik tulis dengan pewarna alami berukuran 2,5 meter itu mahal karena selain berbahan baku sutera, proses pewarnaannya juga butuh lama, bisa sampai tiga hingga empat kali pencelupan.

Suteranya pun, kata Ihsan, khusus diproduksi dengan alat tenun bukan mesin (ATBM), bukan oleh mesin seperti kain sutera yang banyak beredar di pasar.

"Pembatikannya butuh waktu lama. Satu lembar kain butuh waktu 2 minggu, bahkan kadang lebih untuk motif-motif tertentu dengan kerumitan tinggi," katanya.

Oleh karena itu, Ihsan menganggap wajar bila batik tulis berbahan sutera dengan pewarna alami itu harganya dipatok Rp8 juta hingga Rp15 juta/lembar. Khusus yang berharga Rp15 juta, katanya, pembuatannya butuh waktu hingga 3 bulan.

"Meskipun mahal, batik tulis berbahan sutera dan pewarna alami tersebut tetap diburu kalangan menengah atas," katanya.

Ia menambahkan untuk batik tulis berbahan katun dan pewarna alami harganya di bawah Rp5 juta.

Bahan untuk pewarna alami diperoleh dari akar, kulit, dan daun tanaman, seperti pohon pisang dan kulit kayu tertentu. "Pewarna alami ini menampakkan keunikan pada penampakannya, yakni terlihat lebih kusam, tapi tetap menarik," katanya.

Batik Semarang 16 yang karya kreatifnya menyebar ke berbagai penggemar dan kolektor batik tersebut pada November 2018 akan melakukan ekspor perdana ke Hamburg, Jerman.

"Yang kita ekspor bukan hanya batik tulis, ada pula batik cap," katanya.

Batik Semarang 16 setiap hari memproduksi sekitar 20 lembar kain batik cap, sedangkan ?batik tulis sekitar 10 lembar/bulan. 

Pewarta : Achmad Zaenal M
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024