Solo (Antaranews Jateng) - Pemberdayaan ekonomi masyarakat salah satu komponen penting dalam upaya menciptakan desa damai, termasuk menangkal paham radikalisme, kata Direktur nonaktif Wahid Foundation Yenny Wahid. 

"Salah satu penyebab menculnya radikalisme, yakni ketika orang merasa putus asa karena banyak hal, dan salah satunya merasa adanya ketidakadilan," katanya di sela diskusi bersama pihak swasta dan PBB-UN Women di Hotel Alana Solo, Selasa.

Yenny yang juga putri Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu, mengatakan kondisi ekonomi seseorang yang terbatas akan membuat mereka mudah terprovokasi orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan tindakan yang merugikan banyak orang.

Oleh kerena itu, pihaknya berupaya mengatasi hal itu dengan salah satunya memutuskan rantai persoalan tersebut. 

Ia menjelaskan orang yang merasa masa depannya gelap gulita, tidak bisa sekolah, akan mudah diprovokasi dengan diiming-imingi bisa masuk surga.

"Kami ingin memberikan harapan hidup lebih besar dan tinggi. Kami kemudian menciptakan desa damai itu. Ada sebanyak 30 desa yang menjadi pendampingan Wahid Foundation, dan sembilan desa di antaranya dideklarasikan sebagai desa damai," kata Yenny.

Pihaknya memfasilitasi terciptanya dialog yang lebih baik di antara anggota masyarakat dan terciptanya sikap saling toleran dengan komponennya menyangkut banyak program yang menyasar pemberdayaan ekonomi serta program ceramah soal agama.?

"Kami ingin menggabungkan kedua ini, jadi kami mengatasi persoalan keputusasaan, tetapi juga sambil mengisi dengan paham-paham yang lebih moderat atau toleran," katanya.

Menurut dia, hal tersebut dapat membangun ketahanan di komunitas, terutama dari masyarakat desa. 

Ia menjelaskan program desa damai sebenarnya bukan hanya menguntungkan warga desa, tetapi juga warga kota. 

Warga kota, kata dia, bisa mencontoh model di desa yang memiliki keinginan bersama-sama untuk menciptakan semangat guyup-rukun. 

Jika ada model yang berhasil dipakai di daerah lain, katanya, artinya desa sudah mengembangkan terciptanya toleransi di daerah lain.

Ia menjelaskan dengan program tersebut, desa memberikan inspirasi kepada dunia.

Ia menyebut bahwa desa-desa yang menjadi binaannya sekarang ini sudah dilirik oleh negara-negara di dunia.

"Saya pada November 2018 diundang sebuah forum di Prancis untuk menceritakan tentang desa damai. Mereka mau belajar karena Indonesia dinilai mampu mengelola keberagaman masyarakatnya yang dapat memutuskan rantai isu radikalisme," katanya.

Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024