Cilacap (Antaranews Jateng) - Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji menilai kegiatan Sekolah Lapang Iklim (SLI) yang diselenggarakan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sangat penting bagi petani di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

"SLI digelar berdasarkan Inpres Nomor 5 Tahun 2011 dalam rangka swasembada pangan dan ketahanan pangan. Oleh karena itu, kami mengapresiasi BMKG yang telah menyelenggarakan kegiatan ini," katanya di Cilacap, Kamis.

Bupati mengatakan hal itu kepada wartawan usai pembukaan kegiatan SLI Tahap 2 yang diselenggarakan Stasiun Klimatologi BMKG Semarang di Hotel Atrium, Cilacap, yang diikuti oleh ketua kelompok tani dan penyuluh pertanian dari berbagai wilayah Cilacap.

Menurut dia, SLI penting bagi petani di Kabupaten Cilacap dalam mengantisipasi dampak musim hujan maupun kemarau.

Dengan demikian, kata dia, petani akan dapat mengantisipasi penyebab terjadinya kegagalan panen.

"Ini (SLI, red.) nanti akan saya sosialisasikan ke bawah dan kami akan mengundang BMKG kembali," katanya.

Ia mengharapkan dengan adanya SLI, surplus beras di Kabupaten Cilacap yang saat ini telah mencapai 380.000 ton bisa naik lagi.

Dengan demikian, kata dia, masyarakat tidak perlu takut kekurangan beras dan impor komoditas tersebut tidak perlu dilakukan karena di Cilacap sudah mencukupi kebutuhan.

Dalam kesempatan terpisah, seorang peserta SLI Tahap 2, Hadzik Usman, mengatakan kegiatan tersebut sangat bagus karena dapat membantu petani terkait dengan masalah iklim dan prakiraan cuaca sehingga dapat melangkah lebih tepat saat bercocok tanam.

"Dengan sekolah ini, kami bisa mempraktikkannya agar hasil pertanian itu bisa lebih meningkat," kata dia yang merupakan Ketua Kelompok Tani Organik "Bina Sari Alam", Desa Cisuru, Kecamatan Cipari, Cilacap.

Ia mengakui jika selama ini petani menggunakan hitungan "pranata mangsa" (tata musim, red.) untuk memulai bercocok tanam.

Dalam "pranata mangsa", kata dia, sekarang adalah "mangsa kapat" (musim keempat, red.) merupakan musim hujan sehingga dijadikan sebagai masa tanam pertama.

"Bahkan sampai sekarang, `pranata mangsa` masih digunakan oleh petani. Meskipun kadang datangnya musim hujan itu mundur, tetapi tidak terlalu jauh, bulan Oktober nanti hujan sudah turun," katanya. 

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024