Cilacap (Antaranews Jateng) - Warga Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, diimbau mewaspadai penyebaran penyakit diare dan demam berdarah dengue (DBD) saat musim hujan, kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Cilacap H. Marwoto.
"Pada masa pancaroba seperti sekarang ini, pola penyakitnya masih berupa penyakit-penyakit yang banyak merebak saat musim kemarau terutama ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)," katanya di Cilacap, Senin.
Selanjutnya, kata dia, akan terjadi pergeseran berupa penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi pada musim hujan terutama diare dan DBD sehingga penyebarannya perlu diwaspadai dan diantisipasi.
Terkait dengan hal itu, dia mengimbau warga Kabupaten Cilacap untuk tetap melaksanakan pola hidup bersih dan sehat dengan menjaga kebersihan lingkungan.
Menurut dia, lingkungan yang kotor merupakan sumber penyebaran penyakit terutama yang berkaitan saluran pencernaan seperti diare dan disentri serta penyakit yang disebarkan oleh nyamuk seperti DBD.
"Oleh karena itu, gerakan pemberantasan sarang nyamuk harus selalu dilaksanakan, yakni dengan membersihkan tempat air yang tergenang seperti bak kamar mandi," katanya.
Ia mengatakan pemberantasan sarang nyamuk lebih efektif daripada kegiatan pengasapan yang biasa dilakukan setelah terjadi korban DBD.
Dalam hal ini, gerakan pemberantasan sarang nyamuk diyakini dapat memutus siklus hidup nyamuk Aedes aegypty yang menjadi penyebar DBD, sedangkan pengasapan atau "fogging" membasmi nyamuk dewasa.
Disinggung mengenai kasus DBD di Kabupaten Cilacap, Marwoto mengatakan selama tahun 2018 terjadi penurunan yang signifikan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
"Sejak awal tahun 2018 hingga saat ini, kasus DBD yang terjadi masih di bawah 50 kasus. Apalagi saat musim kemarau, sama sekali tidak ada laporan kasus DBD yang terjadi," katanya.
Ia mengharapkan kasus DBD di Cilacap terus mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melaksanakan gerakan pemberantasan sarang nyamuk serta berperilaku hidup bersih dan sehat.
"Pada masa pancaroba seperti sekarang ini, pola penyakitnya masih berupa penyakit-penyakit yang banyak merebak saat musim kemarau terutama ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)," katanya di Cilacap, Senin.
Selanjutnya, kata dia, akan terjadi pergeseran berupa penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi pada musim hujan terutama diare dan DBD sehingga penyebarannya perlu diwaspadai dan diantisipasi.
Terkait dengan hal itu, dia mengimbau warga Kabupaten Cilacap untuk tetap melaksanakan pola hidup bersih dan sehat dengan menjaga kebersihan lingkungan.
Menurut dia, lingkungan yang kotor merupakan sumber penyebaran penyakit terutama yang berkaitan saluran pencernaan seperti diare dan disentri serta penyakit yang disebarkan oleh nyamuk seperti DBD.
"Oleh karena itu, gerakan pemberantasan sarang nyamuk harus selalu dilaksanakan, yakni dengan membersihkan tempat air yang tergenang seperti bak kamar mandi," katanya.
Ia mengatakan pemberantasan sarang nyamuk lebih efektif daripada kegiatan pengasapan yang biasa dilakukan setelah terjadi korban DBD.
Dalam hal ini, gerakan pemberantasan sarang nyamuk diyakini dapat memutus siklus hidup nyamuk Aedes aegypty yang menjadi penyebar DBD, sedangkan pengasapan atau "fogging" membasmi nyamuk dewasa.
Disinggung mengenai kasus DBD di Kabupaten Cilacap, Marwoto mengatakan selama tahun 2018 terjadi penurunan yang signifikan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
"Sejak awal tahun 2018 hingga saat ini, kasus DBD yang terjadi masih di bawah 50 kasus. Apalagi saat musim kemarau, sama sekali tidak ada laporan kasus DBD yang terjadi," katanya.
Ia mengharapkan kasus DBD di Cilacap terus mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melaksanakan gerakan pemberantasan sarang nyamuk serta berperilaku hidup bersih dan sehat.