Jepara (Antaranews Jateng) - Anggota Komisi VII DPR RI Daryatmo Mardiyanto merespons cepat keluhan warga Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah yang terdampak debu batu bara PLTU Tanjungjati B Jepara, Minggu.
"Kami ingin mengetahui langsung kondisi warga seperti apa. Keluhan apa saja dan dampak bagi kesehatan, pertanian hingga lingkungannya seperti apa," kata Daryatmo di sela-sela kunjungannya di Dusun Margokerto, Desa Bondo, Kecamatan Bangsri, Jepara, Minggu.
Menurut dia, jika tidak turun sendiri secara langsung tentu tidak akan mendapatkan gambaran secara utuh.
Ia mengatakan terdapat sejumlah titik di Dusun Margokerto yang didatangi untuk mengetahui dampak yang dialami warga.
Politikus PDI Perjuangan itu didampingi jajaran Forum Warga Tanjungjati Bersatu (FWTB) melihat langsung areal pertanian cabai, terung, dan kacang yang dikelola warga.
Berdasar pengamatan, tanaman cabai di lahan yang lokasinya bersebelahan dengan PLTU TJB itu kondisinya tidak lazim.
Di antaranya, ukuran daunnya kecil, mengkerut dan ada tumpukan semacam debu atau abu berwarna abu-abu.
Kondisi tidak jauh berbeda juga terjadi pada tanaman cabaI karena pada tangkai cabai cenderung kering dan membusuk.
Sementara tanaman kacang ketika dicabut, jumlah kacang pada bagian akar tergolong kecil. Hanya seukuran bagian ujung jari kelingking tangan.
Biasanya untuk setiap satu tanaman mampu berbuah antara 20-40 kacang, sedangkan saat ini rata-rata setiap tanaman hanya berisi sekitar 10 kacang.
Sementara untuk tanaman terung, daunnya penuh lubang dan ada tumpukan material semacam debu atau abu, sedangkan permukaan rumput di kawasan areal pertanian itu cenderung licin seperti bekas kena cipratan oli.
"Sampel tanaman ini akan kami bawa ke Jakarta. Ini akan disampaikan kepada pihak-pihak terkait," ujar politikys PDIP dari Daerah Pemilihan II Jateng (Jepara, Kudus dan Demak) itu.
Daryatmo juga blusukan ke kawasan permukiman warga, khususnya RT4 RW8 Dusun Margokerto.
Ia melihat langsung debu atau abu yang diyakini warga berasal dari PLTU Tanjungjati B Jepara.
"Kami juga bertemu langsung dengan puluhan warga, yang berasal dari unsur ketua RT dan RW, tokoh pemuda dan tokoh masyarakat di balai pertemuan setempat," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Forum Warga Tanjungjati Bersatu Hadi Priyanto mengatakan lahan pertanian yang terdampak abu atau debu batu bara PLTU Tanjungjati B sekitar 20 hektare.
Pertumbuhan tanaman palawija yang ditanam di lahan yang bersebelahan dengan PLTU itu, katanya, tidak lazim dan berpotensi gagal panen.
Selain itu, lanjut dia, abu atau debu batu bara itu juga menganggu kesehatan warga.
Ia mengakui kehadiran PLTU memang menunjang kebutuhan listrik nasional. Namun, pihaknya ingin agar PLTU juga memperhatikan berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat sekitar.
"Kami ingin hidup berdampingan secara harmonis dengan PLTU. Kami berharap Komisi VII DPR RI bisa memcarikan solusi terbaik terkait persoalan ini," ujarnya.
"Kami ingin mengetahui langsung kondisi warga seperti apa. Keluhan apa saja dan dampak bagi kesehatan, pertanian hingga lingkungannya seperti apa," kata Daryatmo di sela-sela kunjungannya di Dusun Margokerto, Desa Bondo, Kecamatan Bangsri, Jepara, Minggu.
Menurut dia, jika tidak turun sendiri secara langsung tentu tidak akan mendapatkan gambaran secara utuh.
Ia mengatakan terdapat sejumlah titik di Dusun Margokerto yang didatangi untuk mengetahui dampak yang dialami warga.
Politikus PDI Perjuangan itu didampingi jajaran Forum Warga Tanjungjati Bersatu (FWTB) melihat langsung areal pertanian cabai, terung, dan kacang yang dikelola warga.
Berdasar pengamatan, tanaman cabai di lahan yang lokasinya bersebelahan dengan PLTU TJB itu kondisinya tidak lazim.
Di antaranya, ukuran daunnya kecil, mengkerut dan ada tumpukan semacam debu atau abu berwarna abu-abu.
Kondisi tidak jauh berbeda juga terjadi pada tanaman cabaI karena pada tangkai cabai cenderung kering dan membusuk.
Sementara tanaman kacang ketika dicabut, jumlah kacang pada bagian akar tergolong kecil. Hanya seukuran bagian ujung jari kelingking tangan.
Biasanya untuk setiap satu tanaman mampu berbuah antara 20-40 kacang, sedangkan saat ini rata-rata setiap tanaman hanya berisi sekitar 10 kacang.
Sementara untuk tanaman terung, daunnya penuh lubang dan ada tumpukan material semacam debu atau abu, sedangkan permukaan rumput di kawasan areal pertanian itu cenderung licin seperti bekas kena cipratan oli.
"Sampel tanaman ini akan kami bawa ke Jakarta. Ini akan disampaikan kepada pihak-pihak terkait," ujar politikys PDIP dari Daerah Pemilihan II Jateng (Jepara, Kudus dan Demak) itu.
Daryatmo juga blusukan ke kawasan permukiman warga, khususnya RT4 RW8 Dusun Margokerto.
Ia melihat langsung debu atau abu yang diyakini warga berasal dari PLTU Tanjungjati B Jepara.
"Kami juga bertemu langsung dengan puluhan warga, yang berasal dari unsur ketua RT dan RW, tokoh pemuda dan tokoh masyarakat di balai pertemuan setempat," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Forum Warga Tanjungjati Bersatu Hadi Priyanto mengatakan lahan pertanian yang terdampak abu atau debu batu bara PLTU Tanjungjati B sekitar 20 hektare.
Pertumbuhan tanaman palawija yang ditanam di lahan yang bersebelahan dengan PLTU itu, katanya, tidak lazim dan berpotensi gagal panen.
Selain itu, lanjut dia, abu atau debu batu bara itu juga menganggu kesehatan warga.
Ia mengakui kehadiran PLTU memang menunjang kebutuhan listrik nasional. Namun, pihaknya ingin agar PLTU juga memperhatikan berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat sekitar.
"Kami ingin hidup berdampingan secara harmonis dengan PLTU. Kami berharap Komisi VII DPR RI bisa memcarikan solusi terbaik terkait persoalan ini," ujarnya.