Semarang (Antaranews Jateng) - Sejumlah dosen Universitas Negeri Semarang (Unnes) berinovasi membuat biskuit berbahan baku kacang hijau dengan kandungan protein dan zat besi yang sangat tinggi.
     "Biskuit adalah jajanan yang paling banyak dikonsumsi anak usia dini setelah susu," kata Ketua Tim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Griya Ketelaku Ir Siti Fathonah di Semarang, Rabu.
     Diketuai Fathonah, tim itu beranggotakan Rosidah dan Karsinah yang semuanya dari Program Studi Tata Boga, Jurusan Pendidikan Kesejahteraan keluarga (PKK) Fakultas Teknik Unnes, serta beberapa mahasiswa.
     Dijelaskannya, biskuit yang diberi nama "Cang Jones" kependekan dari kacang ijo Unnes itu merupakan salah satu produk unggulan Tata Boga Unnes yang rencananya dikembangkan sebagai unit usaha tersendiri.
     "Kami bikin dalam dua varian rasa, yakni manis dan asin. Komposisinya berbeda karena satu pakai gula, sementara satunya pakai keju edam atau keju tua. Biasanya, bentuknya bulat-bulat," paparnya.
     Untuk varian manis, kata dia, komposisinya adalah 60 persen tepung kacang hijau, tepung maizena dan tepung beras masing-masing 20 persen, kemudian dicampur gula untuk memberikan rasa manis.
     "Kalau varian asin, komposisi tepung kacang hijau (60 persen), tepung beras (30 persen), dan tepung maizena (10 persen), kemudian dikasih keju edam. Keju ini memengaruhi tekstur. Jadi, pengaruh juga ke komposisi bahan," katanya.
     Fathonah mengaku biskuit kacang hijau produksinya sama sekali tidak menggunakan tepung terigu yang mengandung gluten sehingga sangat aman dikonsumsi anak-anak penyandang autisme.
     Untuk mendapatkan bahan baku tepung kacang hijau, kata dia, tim menggandeng salah satu pengrajin tepung "Griya Ketelaku" milik Suwandi di Desa Plalangan, Gunungpati, Semarang.
     "Kami beri teknik produksi tepung kacang hijau yang bebas bau langu (off flavour). Caranya, bahannya kacang hijau kupas, dicuci sampai warna kuning kehijauan hilang, dan dikukus," paparnya.
     Tak hanya itu, kata dia, fasilitasi juga dilakukan tim Unnes kepada pengrajin tepung dengan perbaikan mesin penyaring tepung dengan kehalusan dari semula 80 mesh menjadi 100 mesh.
     Untuk alat, Fathonah mengatakan difasilitasi pula penggantian mesin penggerak dari semula berdaya 1 PK (Paarden Kracht) menjadi 4 PK sehingga kapasitas produksinya meningkat.
     "Semula, kapasitas produksi dengan mesin lama hanya 40 kilogram/jam, sementara dengan mesin baru bisa 100 kg/jam. Artinya, meningkat hampir tiga kali lipat," kata pengajar Tata Boga itu.
     Biskuit itu, kata dia, memiliki beragam manfaat bagi kesehatan, di antaranya membantu pertumbuhan bagi tumbuh kembang anak dan perbaikan jaringan rusak bagi kalangan lanjut usia.
     Bagi yang ingin membeli biskuit kacang hijau itu, Fathonah menyebutkan cukup seharga Rp30 ribu untuk varian manis dan Rp33,5 ribu untuk varian asin yang semuanya kemasan 216 gram.
     Sementara itu, Dekan FT Unnes Dr Nur Qudus mengapresiasi tim PKM dari Prodi Tata Boga Unnes yang berinovasi membuat biskuit kacang hijau dengan memberdayakan pengrajin tepung.
     "Kami menyambut baik, apalagi program ini di-'back up' Kemenristek Dikti. Memang, potensi kewirausahaan paling besar di FT Unnes memang dari Jurusan PKK, salah satunya Prodi Tata Boga," katanya.
 

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Zuhdiar Laeis
Copyright © ANTARA 2024