Semarang (Antaranews Jateng) - Ketua Dewan Pengurus Pelaksana (DPP) Masjid Agung Jawa Tengah Prof KH Noor Achmad meyakinkan bahwa pandangan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari Ustaz Abdul Somad (UAS) tidak perlu diragukan lagi.
"Saya meyakinkan UAS adalah penganut paham Sunni sehingga peribadatan dan pola dakwahnya tidak ada bedanya dengan Nahdliyin, mengedepankan Islam wasathiyyah, dan NKRI-nya tidak perlu diragukan," katanya di Semarang, Rabu.
Diakuinya, MAJT Semarang terus memaksimalkan persiapan menyambut rencana kehadiran mubaligh kondang UAS yang rencananya mengisi pengajian setelah shalat Subuh, Minggu (2/9), di Ruang Utama MAJT Semarang.
Pemaksimalan persiapan dilakukan, mulai antisipasi bakal melubernya jamaah yang hadir hingga aspek keamanan yang akan diperkuat selama pelaksanaan pengajian yang menghadirkan penceramah asal Riau tersebut.
Noor menegaskan pihaknya tidak terpengaruh dengan "geger" di media sosial yang mengaitkan sosok UAS dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), organisasi kemasyarakatan yang kini dilarang di Tanah Air.
"Justru sikap MAJT yang tetap kukuh menghadirkan UAS, sekaligus untuk memberi pemahaman kepada masyarakat luas agar tidak mudah terprovokasi dengan isu-isu negatif yang menyudutkan UAS," jelasnya.
Apalagi, kata dia, reputasi MAJT sudah berskala internasional dengan berkat kepercayaan masyarakat Indonesia dan dunia sehingga semua program dan kebijakan yang diambil pasti melalui prosedur dan pertimbangan matang.
"Bukan kemudian dilakukan secara `grusa-grusu`. Ini yang perlu dipahami masyarakat agar tidak mudah menyudutkan MAJT," kata mantan Rektor Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang itu.
Ia mengatakan materi dan metode ceramah UAS sangat digemari masyarakat yang dibuktikan dengan di manapun ada pengajian UAS selalu jamaahnya berjubel sehingga jadwal ceramah UAS pun sedemikian padat.
"Apabila UAS sosok yang radikal, tidak mungkin publik terpikat dan aparat pemerintah pun tidak akan memberi kebebasan seperti saat ini. Patut dinilai UAS adalah sosok yang punya potensi yang harus dijaga dan dirawat bersama," katanya.
Ditambahkan Noor, MAJT mendatangkan UAS sebagai hal yang mulia sehingga pengajian yang akan diisi oleh da`i kelahiran Silo Lama, Silau Laut, Asahan, Sumatera Utara, 18 Mei 1977 tersebut.
Meski demikian, kata dia, ada aspek keamanan yang harus ditaati sehingga jamaah tidak diperbolehkan membawa atribut apapun, baik yang menempel di badan maupun untuk dipasang di area MAJT Semarang.
"Sesuai peraturan DPP MAJT, yang berhak memang atribut hanya MAJT. Termasuk pengamanan terhadap jamaah dan UAS akan dilakukan internal MAJT. Siapapun, kecuali aparat negara tidak boleh terlibat dalam pengamanan pengajian ini," pungkasnya.
"Saya meyakinkan UAS adalah penganut paham Sunni sehingga peribadatan dan pola dakwahnya tidak ada bedanya dengan Nahdliyin, mengedepankan Islam wasathiyyah, dan NKRI-nya tidak perlu diragukan," katanya di Semarang, Rabu.
Diakuinya, MAJT Semarang terus memaksimalkan persiapan menyambut rencana kehadiran mubaligh kondang UAS yang rencananya mengisi pengajian setelah shalat Subuh, Minggu (2/9), di Ruang Utama MAJT Semarang.
Pemaksimalan persiapan dilakukan, mulai antisipasi bakal melubernya jamaah yang hadir hingga aspek keamanan yang akan diperkuat selama pelaksanaan pengajian yang menghadirkan penceramah asal Riau tersebut.
Noor menegaskan pihaknya tidak terpengaruh dengan "geger" di media sosial yang mengaitkan sosok UAS dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), organisasi kemasyarakatan yang kini dilarang di Tanah Air.
"Justru sikap MAJT yang tetap kukuh menghadirkan UAS, sekaligus untuk memberi pemahaman kepada masyarakat luas agar tidak mudah terprovokasi dengan isu-isu negatif yang menyudutkan UAS," jelasnya.
Apalagi, kata dia, reputasi MAJT sudah berskala internasional dengan berkat kepercayaan masyarakat Indonesia dan dunia sehingga semua program dan kebijakan yang diambil pasti melalui prosedur dan pertimbangan matang.
"Bukan kemudian dilakukan secara `grusa-grusu`. Ini yang perlu dipahami masyarakat agar tidak mudah menyudutkan MAJT," kata mantan Rektor Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang itu.
Ia mengatakan materi dan metode ceramah UAS sangat digemari masyarakat yang dibuktikan dengan di manapun ada pengajian UAS selalu jamaahnya berjubel sehingga jadwal ceramah UAS pun sedemikian padat.
"Apabila UAS sosok yang radikal, tidak mungkin publik terpikat dan aparat pemerintah pun tidak akan memberi kebebasan seperti saat ini. Patut dinilai UAS adalah sosok yang punya potensi yang harus dijaga dan dirawat bersama," katanya.
Ditambahkan Noor, MAJT mendatangkan UAS sebagai hal yang mulia sehingga pengajian yang akan diisi oleh da`i kelahiran Silo Lama, Silau Laut, Asahan, Sumatera Utara, 18 Mei 1977 tersebut.
Meski demikian, kata dia, ada aspek keamanan yang harus ditaati sehingga jamaah tidak diperbolehkan membawa atribut apapun, baik yang menempel di badan maupun untuk dipasang di area MAJT Semarang.
"Sesuai peraturan DPP MAJT, yang berhak memang atribut hanya MAJT. Termasuk pengamanan terhadap jamaah dan UAS akan dilakukan internal MAJT. Siapapun, kecuali aparat negara tidak boleh terlibat dalam pengamanan pengajian ini," pungkasnya.