Purwokerto (Antaranews Jateng) - Dosen Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Ardiansyah mengingatkan para agar tidak memaksakan diri untuk menanam padi saat kemarau guna menghindari gagal panen di kemudian hari. 

"Petani di lahan tadah hujan jangan memaksakan menanam padi, karena meskipun masih ada hujan, ketersediaan air dikhawatirkan tidak akan cukup sehingga hasil tanaman tidak maksimal," katanya di Purwokerto, Jumat.

Selain itu, kata dia, padi mengonsumsi banyak air sehingga akan bersaing dengan kebutuhan air untuk rumah tangga.

"Konsumsi air pertanian bisa mencapai 70 persen dari total kebutuhan air. Jika air bersih krisis, pertanian juga krisis," katanya.

Selama kemarau, petani memiliki alternatif untuk menanam palawija hingga datangnya musim hujan.

Pola tanam tersebut dinilai ideal untuk mengantisipasi musim kemarau dan mempersiapkan diversifikasi pangan untuk konsumsi masyarakat setempat.

Sementara itu, guna mengantisipasi krisis air bersih, dia juga mengingatkan agar pemerintah daerah membuat pemetaan secara rinci mengenai daerah yang biasa mengalami krisis air bersih.

"Selain itu, membuat perencanaan sistematis agar krisis air bisa diselesaikan, misal dengan pembuatan embung dengan kapasitas besar sebagai penyimpan air pada musim hujan," katanya.

Dia menambahkan pemanfaatan air tanah dalam atau mata air juga bisa menjadi salah satu solusi.

"Masyarakat juga bisa secara swadaya membuat instalasi pengangkat air, dari tempat yang lebih rendah, dengan teknologi murah, seperti hidram, atau pompa bertenaga surya," katanya.
 

Pewarta : Wuryanti Puspitasari
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024