Purwokerto (Antaranews Jateng) - Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) se-eks Keresidenan Banyumas, Jawa Tengah, diminta mewaspadai inflasi pada Juni ini akibat konsumsi yang tinggi, kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto Agus Chusaini.

"Berdasarkan data historis selama tiga tahun terakhir, beberapa komoditas yang perlu diwaspadai sebagai penyumbang inflasi selama periode puasa dan Hari Raya Idul Fitri, antara lain daging ayam ras, bawang merah, cabai rawit, daging ayam kampung, serta angkutan antarkota dan angkutan udara," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Minggu.

Ia mengakui inflasi pada bulan Mei 2018 di Purwokerto dan Cilacap yang merupakan kota pemantauan inflasi tercatat lebih rendah dari historisnya.

Kendati demikian, dia mengatakan jika melihat inflasi musiman pada Ramadhan dan Idul Fitri tahun sebelumnya serta THR yang baru disampaikan pada Juni 2018, perlu diwaspadai terjadinya konsumsi yang tinggi sehingga berdampak pada inflasi bulan tersebut.
     
"Oleh karena itu, kami bersama TPID melakukan sosialisasi dengan ulama dan tokoh masyarakat untuk memberikan imbauan kepada masyarakat agar bijak dalam berbelanja," katanya.

 Selain itu, kata dia, pihaknya juga melakukan imbauan bijak dalam berbelanja melalui iklan layanan masyarakat pada media cetak dan elektronik, sosial media, serta baliho yang dipasang di pusat-pusat keramaian.

Terkait dengan inflasi pada bulan Mei 2018, Agus mengatakan Purwokerto tercatat mengalami inflasi sebesar 0,01 persen (month to month/mtm) atau lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 0,06 persen (mtm). 

 Menurut dia, capaian inflasi di kota Purwokerto tersebut lebih tinggi dibandingkan Jawa Tengah yang mengalami deflasi sebesar minus 0,01 persen (mtm), namun lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 0,21 (mtm). 
 
"Sementara itu, kota Cilacap mengalami deflasi sebesar minus 0,08 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar minus 0,11 persen (mtm). Bahkan di regional Jawa Tengah, capaian deflasi Cilacap lebih rendah dibandingkan deflasi Kota Semarang yang sebesar minus 0,09 persen (mtm). 

Ia mengatakan beberapa kota/kabupaten lain justru mengalami inflasi seperti Tegal sebesar 0,24 persen (mtm), Surakarta sebesar 0,04 persen (mtm), dan Purwokerto sebesar 0,01 persen (mtm). 

Menurut dia, laju deflasi periode laporan terpantau lebih rendah dibandingkan rata-rata bulan yang sama pada tiga tahun terakhir sebesar 0,40 persen (mtm).

"Meskipun di kota Cilacap pada bulan Mei 2018 terjadi deflasi, terdapat beberapa tantangan yang perlu diwaspadai selama triwulan II-2018 maupun sepanjang tahun. 'Seasonal' (musiman) kenaikan harga karena permintaan yang tinggi masih perlu diwaspadai pada triwulan II-2018," katanya.

 Ia memperkirakan konsumsi akan meningkat sejalan dengan penyaluran gaji dan tunjangan hari raya (THR) selama Juni 2018. 

Menurut dia, beberapa hal yang berpotensi mendorong inflasi sepanjang tahun di antaranya kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak nonsubsidi akibat fluktuasi harga minyak dunia, dampak kenaikan harga cukai rokok di awal tahun sebesar 10,04 persen pada awal tahun, dan terbatasnya pasokan komoditas holtikultura akibat gangguan cuaca maupun hambatan distribusi yang berisiko terhadap kenaikan harga. 

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024