Magelang, 25/5 (Antara) - Muhammadiyah Disaster Managemen Center bekerja sama dengan Lembaga Amil Zakat Infaq, dan Sodaqoh Muhammadiyah Kabupaten Magelang, Jawa Tengan membuka posko penanganan bencana di Kompleks Rumah Sakit Aisyiyah di Muntilan guna menyikapi peningkatan aktivitas Gunung Merapi selama beberapa terakhir ini.

     "Pembukaan posko ini menyikapi status Gunung Merapi yang sudah ditetapkan pada level waspada, perlu mendapat perhatian pihak-pihak terkait," kata koordinator posko itu, Huda Khairun Nahar, di Magelang, Jumat.

     Ia menjelaskan petugas dan relawan secara bergiliran bersiaga 24 jam di posko tersebut, dengan didukung sejumlah fasilitas dalam penanganan kondisi darurat terkait dengan bencana Merapi.

     Mereka yang bertugas di posko tersebut, ujarnya, selain dari jajaran MDMC dan Lazismu Kabupaten Magelang, juga petugas dan relawan dari sejumlah unsur, antara lain RSA Muntilan dan organisasi otonomi Muhammadiyah Kabupaten Magelang, seperti Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Ikatan Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Tapak Suci, dan Hizbul Wathan.

     Ia menjelaskan tujuan pembukaan posko tersebut untuk mempermudah komunikasi dan koordinasi dalam penanganan bencana.

     "Dengan harapan ketika sewaktu-waktu terjadi situasi darurat maka dapat segera diputuskan dan dilakukan langkah–langkah penanganannya," katanya.

     Pada kesempatan itu Huda juga mengatakan bahwa pihaknya telah menurunkan relawan untuk membagikan masker kepada masyarakat saat terjadi hujan abu dampak letusan Gunung Merapi akhir-akhir ini.

     "Kami juga melakukan sosialisasi cara memakai masker yang benar. Dengan memakai masker yang benar, maka warga akan terhindari dari gangguan penyakit karena udara kotor akibat hujan abu. Bisa diminalisir," katanya.

     Fasilitas lainnya yang disiapkan, kata Huda yang juga Wakil Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Magelang itu, enam ambulans dan kesiapan mobilisasi logistik jika terjadi peningkatan skala bencana alam Gunung Merapi.

     "Untuk kepentingan mobilisasi bantuan logistik maupun personel ketika memang terjadi situasi darurat, koordinasi dengan MDMC dan Lazismu Wilayah (Provinsi) Jawa Tengah dan juga kabupaten/kota lain juga terus dilakukan," katanya.

     Dalam rangka membantu pemerintah terkait dengan mitigasi bencana Merapi, katanya, saat ini para relawan juga melakukan pemetaan jalur dan lokasi pengungsian di sejumlah gedung amal usaha Muhammadiyah di daerah itu.
     "Sebagai antisipasi apabila fasilitas pengungsian yang dimiliki pemerintah tidak mencukupi," katanya.

     Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta sejak Senin (21/5) menaikkan status aktivitas Gunung Merapi dari normal menjadi waspada, setelah sejak Jumat (11/5) terjadi erupsi freatik disertai hujan abu di beberapa tempat, termasuk di Kabupaten Magelang. Gunung Merapi meliputi sejumlah wilayah di Jawa Tengah (Kabupaten Magelang, Klaten, dan Boyolali) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Kabupaten Sleman).

                             Aktivitas Normal
     Berdasarkan pantauan di lapangan pada Jumat ini, aktivitas masyarakat di berbagai desa di Kecamatan Srumbung, Dukun, Sawangan, dan Muntilan tampak normal. Mereka antara lain beraktivitas di areal pertanian, di pasar-pasar tradisional, perkantoran, dan sekolah.

     Aktivitas transportasi umum juga normal, sedangkan truk-truk pengangkut pasir juga beroperasi seperti biasa, namun mengambil material tersebut dari berbagai depo pasir di kawasan Gunung Merapi.

     Pihak BPPTKG Yogyakarta sosialisasi perkembangan aktivitas Merapi di Desa Ngablak dan Ngargosoko, Kecamatan Srumbung, sedangkan para anggota taruna siaga bencana melakukan pertemuan di Balai Desa Dukun, Kabupaten Magelang untuk membahas rencana aksi dan penyusunan agenda kerja terkait dengan peningkatan aktivitas gunung berapi tersebut.

     Petugas pengamat Gunung Merapi di Pos Jrakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali Yulianto menyebut situasi Gunung Merapi sejak Kamis (24/5) siang, setelah letusan pukul 10.48 WIB dengan kolom setinggi 1.500 meter, hingga Jumat sekitar pukul 14.15 WIB sebagai "landai".

     "Sejak kemarin (24/5) setelah letusan siang sampai sekarang dikatakan 'landai-landai', hanya asap sulvatara biasa. Secara visual umumnya puncak Merapi terhalang kabut dan mendung, namun tidak terjadi hujan. Untuk status masih waspada," katanya.

     Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari BPPTKG Yogyakarta pada Jumat pagi, kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Pemkab Magelang Edy Susanto, radius tiga kilometer dari puncak Merapi masih dilarang untuk aktivitas masyarakat karena tetap ada ancaman lontaran pasir, kerikil, dan batu apabila terjadi letusan susulan.

     Pihaknya juga mendapat informasi dari BPPTKG Yogyakarta tentang hasil analisa laboratorium atas berbagai sampel material letusan Merapi akhir-akhir ini, bahwa unsur magmatis letusan pada Senin (21/5) lebih dominan dan bersifat lebih asam ketimbang peristiwa serupa pada hari Jumat (11/5).

     "Masyarakat yang beraktivitas di luar ruangan diharapkan mengenakan masker, sedangkan masyarakat sekitar Merapi diharapkan tetap siap siaga dan mengantisipasi dampak bahaya abu vulkanik," katanya.

Pewarta : M. Hari Atmoko
Editor : D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2024