Purwokerto (Antaranews Jateng) - Asosiasi Perberasan Banyumas (APB) mendukung wacana Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso yang akan mengubah citra badan usaha milik negara bidang pangan itu dari sebelumnya menyimpan beras di gudang menjadi menyimpan gabah.
     "Bagi kami enggak masalah karena sebagai mitra, kami tinggal mendukung dan melaksanakannya," kata Sekretaris APB Fatkhurrohman di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin.
     Akan tetapi jika wacana tersebut jadi dilaksanakan, kata dia, kesiapan infrasturktur Bulog harus diperhatikan khususnya yang berkaitan dengan ketersediaan dan kapasitas gudang.
     Menurut dia, hal itu perlu mendapat perhatian karena penyimpanan gabah tidak boleh menjadi satu gudang dengan beras, sedangkan kompleks pergudangan Bulog di beberapa daerah masih ada yang terdiri atas satu unit gudang.
     Dia mencontohkan dari sembilan kompleks pergudangan di wilayah Bulog Subdivisi Regional Banyumas yang meliputi Kabupaten Banyumas (Klahang, Sokaraja, dan Cindaga), Cilacap (Maos, Gumulir, Lomanis, dan Majenang), Purbalingga (Karangsentul), serta Banjarnegara (Purwanegara), dua di antaranya hanya memiliki satu unit gudang, yakni Klahang dan Sokaraja.
     "Sementara kompleks pergudangan lainnya tentunya akan dibagi dua, yakni satu untuk penyimpanan beras dan satu lagi untuk gabah. Aturannya kan seperti itu, antara gabah dan beras harus terpisah," katanya.
     Fatkhurrohman mengatakan berdasarkan pengalaman saat pengadaan gabah dan beras jalan bareng, akhirnya menggunakan gudang filial sehingga ada beban sewa.
     "Kalau beban sewanya ditanggung Bulog, ya enggak masalah, tapi ini ditanggung oleh kami," katanya.
     Selain itu, kata dia, mitra kerja Bulog sering kali menghadapi kendala dalam proses pengeringan gabah yang mengandalkan sinar matahari sehingga ketika masa panennya berlangsung pada musim hujan akan membutuhkan waktu yang lama.
     "Sebaliknya, ketika panen pada musim kemarau (sadon), harga gabah biasanya tinggi seperti tahun kemarin bisa mencapai Rp6.000 per kilogram. Nah, Bulog mampu atau enggak beli dengan harga sebesar itu karena meskipun ada fleksibilitas harga, tentunya ada aturan yang menjadi patokan," katanya.
     Terkait dengan kapasitas gudang penyimpanan gabah, dia mengatakan kapasitasnya paling tidak dua kali lipat dari gudang penyimpanan beras karena secara normal, rendemen atau persentase berat hasil giling terhadap berat gabah yang digiling sekitar 65 persen.
     Kendati demikian, dia mengakui jika Bulog menyimpan gabah dalam gudang, beras yang dihasilkan nantinya akan tetap segar karena penggilingannya dilakukan ketika butuh untuk distribusi.
     "Kalau dalam rangka menjaga kesegaran beras, memang bagus juga. Namun yang pasti, ada plus-minusnya, dan bagi kami selaku mitra akan siap mendukung," katanya.
     Dalam sejumlah pemberitaan, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso berniat mengubah citra BUMN bidang pangan itu yang sebelumnya dikenal menyimpan beras dalam gudang menjadi menyimpan gabah yang memiliki daya tahan lebih lama.
     Dengan demikian ketika Bulog butuh beras untuk didistibusikan, tinggal menggiling sesuai dengan kebutuhan dan beras yang dihasilkan pun masih segar.
 

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024