Ambarawa (Antaranews Jateng) - "Sungai-sungai di Ambarawa ini sewaktu saya kecil dahulu adalah tempat mandi yang hawanya sejuk, namun saat ini ada yang hilang. Karena itu, menjadi tanggung jawab kita bersama untuk mengembalikan kesejukan itu, yakni dengan menanam pohon, seperti trembesi, dan juga pohon lainnya".

Kalimat itu disampaikan Wakil Bupati Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Ngesti Nugraha, kala menanggapi program penanaman pohon trembesi di seluruh jalur Yogyakarta, Solo dan Semarang (Joglosemar) sepanjang 261 km melalui program "Djarum Trees for Life" (DFTL) pada Rabu (9/5).

Dipusatkan di Lapangan Panglima Besar (Pangsar) Jenderal Sudirman di  Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, program itu adalah penuntasan penanaman pohon trembesi di kawasan Joglosemar.

Untuk kawasan Joglosemar, program dimulai pertengahan 2016 dengan titik awal di area Candi Prambanan, Yogyakarta, kemudian berakhir di Ambarawa, yang dilakukan dengan kegiatan penanaman pohon di dua tempat.

Tempat pertama adalah di sekitar Danau Rawa Pening, sebuah danau alam di Kabupaten Semarang dengan luas 2.670 hektare, yang membentang di wilayah Kecamatan Ambarawa, Bawen, Tuntang, dan Banyubiru.

Di Danau Rawa Pening, tiga anggota grup musik RAN, yakni Rayi Putra Rahardjo (Rayi), Astono Handoko (Asta) dan Anindyo Baskoro (Nino) ikut menanam pohon trembesi (Albizia saman) atau dikenal juga dengan nama "Samanea saman" itu.

Sedangkan di Lapangan Pangsar Sudirman Ambarawa, Wabub Semarang Ngesti Nugraha didampingi Vice President Director Djarum Foundation FX Supanji dan Danrem 073/Makutarama Kolonel (Inf) Joni Pardede, dan tiga personel RAN kembali ikut menanam di lapangan itu.

Ambarawa, yang kini adalah sebuah kecamatan, dahulu pernah menjadi ibu kota Kabupaten Semarang. Kini, Ambarawa digantikan Ungaran sebagai ibu kota daerah tersebut.

Ngesti Nugraha mengenang masa kecilnya dahulu di mana kondisi lingkungan hidup masih terjaga secara baik --yang indikatornya adalah sungai yang jernih dan berhawa sejuk karena rindangnya pepohonan-- sebagai alat untuk mengukur bagaimana lingkungan yang ada.

"Jika pepohonan berkurang, maka fungsi sebagai peneduh tidak terjadi, sedangkan bila hawanya sejuk, berarti lingkungan terjaga baik," katanya.

Ia mengaku bahwa Pemkab Semarang, bersama berbagai pihak, termasuk komunitas pencinta alam dan kelompok masyarakat lain, termasuk kalangan swasta, harus terus membangun sinergi guna melakukan aksi menjaga lingkungan itu.

Longsor, banjir dan bencana ekologi lainnya, adalah ancaman-ancaman yang mengintai daerah itu bila kondisi lingkungan rusak dan mengalami degradasi.

"Jadi, kami tentu mengapresiasi program dari Djarum Foundation yang menggagas program DFTL melalui penanaman trembesi di kawasan Joglosemar, dan dituntaskan hari ini di Ambarawa," katanya.

                      Aksi Kecil
Meski mendapat apresiasi atas kiprahnya dalam penjagaan dan penyelamatan lingkungan dengan menanam pohon trembesi, Vice President Director Djarum Foundation FX Supanji merendah dengan menyebut kegiatan itu sebagai "aksi kecil".

"Ini adalah aksi kecil jika dibandingkan dengan laju kerusakan alam, sehingga harus terus menerus kita lanjutkan," katanya.

Khusus di kawasan Joglosemar sepanjang 261 km, upaya menghijaukan kondisi jalur jalan itu dilakukan meliputi Semarang-Bawen-Lingkar Ambarawa-Magelang-Lingkar Yogyakarta-Solo - Boyolali hingga Salatiga.

Ketika titik terakhir program itu dituntaskan di Ambarawa, tidak kurang dari 10.576 pohon trembesi telah ditanam di seluruh jalur Joglosemar.

"Jumlah itu melebihi target awal yang dicanangkan, yaitu sebanyak 10 ribu pohon," katanya.

Melebihi target dari yang dicanangkan, sebelumnya juga terjadi pada program yang sama di Pulau Madura, Jawa Timur.

Aksi yang digagas sejak 2016 dengan titik awal di Kabupaten Bangkalan, kemudian merambah Kabupaten Sampang, Pamekasan, Sumenep, dan Kecamatan Ketapang, hingga akhirnya berakhir di Bangkalan lagi.

Pada akhir November 2017, sebanyak 15.466 pohon trembesi yang ditanam telah melingkari Pulau Madura di mana jumlah itu melampau target awal sebanyak 15 ribu pohon.

"Prinsipnya kami terus akan menanam dan menanam pohon untuk perbaikan lingkungan hidup. Siapapun yang ingin menanam trembesi akan kami bantu," kata Pak Panji, sapaan akrabnya.

Bagi Nino dari RAN, kerja-kerja bagi penyelamatan lingkungan sebenarnya tidak harus dialamatkan kepada kalangan selebriti saja, melainkan tugas semua pihak.

"Tidak hanya musisi, artis dan selebriti saja, panggilan atas tanggung jawab menjaga lingkungan menjadi tugas bersama," katanya.

Ia menambahkan, "Mungkin tadinya kita berpikir cukup dengan tindakan kecil seperti hemat listrik, tidak buang sampah sembarangan, dan lain-lain. Namun lingkungan hidup kita perlu lebih dari itu. Makanya kita mau mengajak masyarakat, terutama generasi muda, untuk mulai dengan tindakan yang lebih nyata dengan menanam pohon," katanya.
    
              Dibudidayakan 
Program DFTL dari Djarum Foundation yang digagas sejak 2010 dengan penanaman trembesi di berbagai daerah di Indonesia tentu membutuhkan ketersediaan pasokan bibit.

Hingga akhir 2017 program itu telah berhasil menanam lebih dari 2 juta pohon di Pulau Jawa untuk meneduhkan jalan, menyerap gas CO2, sekaligus mempertahankan struktur tanah dan menyerap air hujan

"Bibit trembesi yang ditanam itu dibudidayakan di Pusat Pembibitan Tanaman (PPT) yang didirikan dan dikelola sejak 1979," kata Tania Anggriani, Program Associate Djarum Foundation.

PPT yang dipusatkan di Kudus, Jateng, itu juga menanam dan membibitkan tanaman langka dari berbagai daerah untuk dikembangkan.

Di samping itu, juga dilakukan pembibitan tanaman konservasi, baik buah maupun non-buah, seperti trembesi, kenari, mahoni, asem dan randualas.

Setiap tahun, lebih kurang 100 ribu bibit diproduksi sehingga ketersediaan bibit untuk program itu dapat terjaga kesinambungannya.

Cakupan wilayah penanaman saat ini sudah lebih dari 2.150 km.

Dengan cakupan seluas itu, trembesi yang telah ditanam diharapkan mampu memberikan dampak dengan menyerap lebih dari 2,7 juta ton karbon dioksida (CO2) setiap tahunnya. 

 

Pewarta : Andi Jauhari
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024