Cilacap (Antaranews Jateng) - Komite Nasional Keselamatan Transportasi menyelidiki penyebab kecelakaan pesawat latih PK-RTZ milik Ganesha Flight Academy di Bandara Tunggul Wulung, Cilacap, Jawa Tengah, yang mengakibatkan pilot Kolonel Penerbang MJ Hanafie meninggal dunia.
Saat menggelar konferensi pers di Cilacap, Rabu, Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Choerudin mengatakan kedatangannya ke Bandara Tunggul Wulung dalam rangka mengumpulkan data untuk kelengkapan laporan penyebab terjadinya kecelakaan pesawat latih tersebut.
"Intinya, hari ini, saya belum bisa menyimpulkan kenapa terjadi kecelakaan, karena undang-undang memberi waktu kami untuk membuat laporan komplit, lengkap, itu 12 bulan," katanya.
Dalam hal ini, kata dia, satu bulan pertama digunakan untuk mengumpulkan data-data awal, 10 bulan berikutnya sejak terjadinya kecelakaan dilakukan pembuatan draf laporan yang berisi analisis, kesimpulan dan sebagainya.
Setelah itu, laporan tersebut dikirim ke pemangku-pemangku kepentingan yang berkaitan dengan penerbangan dan ditunggu selama 60 hari untuk memberikan tanggapan.
"Jadi, satu tahun baru bisa kami rilis kenapa terjadi (kecelakaan). Namun apabila kami bisa menyelesaikan laporan kurang dari satu tahun juga bisa. Contohnya Sukhoi selama delapan bulan, airbus Airasia satu tahun persis," katanya.
Karena itu, kata dia, pihaknya belum bisa memberikan kesimpulan lantaran data yang dikumpulkan akan dibawa ke kantor pusat untuk didiskusikan dengan sejumlah pakar lebih dulu sebelum memberikan analisis.
Choerudin mengakui adanya kesulitan dalam mengumpulkan data karena kondisi pesawatnya sudah hancur dan secara kebetulan pesawat latih tersebut tidak mempunyai "black box".
"Itulah risiko kami kalau data-datanya terbatas. Makanya datanya akan kami bawa ke kantor untuk didiskusikan dengan pakar-pakar yang lain," katanya.
Terkait pilot yang menerbangkan pesawat latih tersebut, dia mengatakan almarhum MJ Hanafie merupakan penerbang tempur TNI Angkatan Udara yang telah memiliki banyak jam terbang khususnya pesawat tempur.
"Dia bisa terbangkan Sukhoi, bisa terbang F5, bisa F16. Beliau adalah sosok pecinta dirgantara, sehingga menjiwai sekali masalah kedirgantaraan," katanya.
Sebuah pesawat latih dengan nomor register PK-RTZ milik Ganesha Flight Academy yang dipiloti Kolonel Penerbang MJ Hanafie mengalami kecelakaan di Bandara Tunggul Wulung, Cilacap, pada Selasa (20/3), saat latihan aerobatik untuk persiapan wisuda siswa sekolah penerbangan itu.
Akibat kecelakaan tersebut, Hanafie yang merupakan Paban 2 Sismet Ditdok Kodiklatau meninggal dunia.
Saat menggelar konferensi pers di Cilacap, Rabu, Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Choerudin mengatakan kedatangannya ke Bandara Tunggul Wulung dalam rangka mengumpulkan data untuk kelengkapan laporan penyebab terjadinya kecelakaan pesawat latih tersebut.
"Intinya, hari ini, saya belum bisa menyimpulkan kenapa terjadi kecelakaan, karena undang-undang memberi waktu kami untuk membuat laporan komplit, lengkap, itu 12 bulan," katanya.
Dalam hal ini, kata dia, satu bulan pertama digunakan untuk mengumpulkan data-data awal, 10 bulan berikutnya sejak terjadinya kecelakaan dilakukan pembuatan draf laporan yang berisi analisis, kesimpulan dan sebagainya.
Setelah itu, laporan tersebut dikirim ke pemangku-pemangku kepentingan yang berkaitan dengan penerbangan dan ditunggu selama 60 hari untuk memberikan tanggapan.
"Jadi, satu tahun baru bisa kami rilis kenapa terjadi (kecelakaan). Namun apabila kami bisa menyelesaikan laporan kurang dari satu tahun juga bisa. Contohnya Sukhoi selama delapan bulan, airbus Airasia satu tahun persis," katanya.
Karena itu, kata dia, pihaknya belum bisa memberikan kesimpulan lantaran data yang dikumpulkan akan dibawa ke kantor pusat untuk didiskusikan dengan sejumlah pakar lebih dulu sebelum memberikan analisis.
Choerudin mengakui adanya kesulitan dalam mengumpulkan data karena kondisi pesawatnya sudah hancur dan secara kebetulan pesawat latih tersebut tidak mempunyai "black box".
"Itulah risiko kami kalau data-datanya terbatas. Makanya datanya akan kami bawa ke kantor untuk didiskusikan dengan pakar-pakar yang lain," katanya.
Terkait pilot yang menerbangkan pesawat latih tersebut, dia mengatakan almarhum MJ Hanafie merupakan penerbang tempur TNI Angkatan Udara yang telah memiliki banyak jam terbang khususnya pesawat tempur.
"Dia bisa terbangkan Sukhoi, bisa terbang F5, bisa F16. Beliau adalah sosok pecinta dirgantara, sehingga menjiwai sekali masalah kedirgantaraan," katanya.
Sebuah pesawat latih dengan nomor register PK-RTZ milik Ganesha Flight Academy yang dipiloti Kolonel Penerbang MJ Hanafie mengalami kecelakaan di Bandara Tunggul Wulung, Cilacap, pada Selasa (20/3), saat latihan aerobatik untuk persiapan wisuda siswa sekolah penerbangan itu.
Akibat kecelakaan tersebut, Hanafie yang merupakan Paban 2 Sismet Ditdok Kodiklatau meninggal dunia.