Semarang, ANTARA JATENG - Universitas Diponegoro Semarang (Undip) makin memperkuat kajian keilmuan bidang teknik dengan penambahan tiga profesor baru sekaligus di Fakultas Teknik yang dimilikinya.

"Teknologi semakin lama kian berkembang, terutama memasuki babak revolusi industri berbasis digital," kata Rektor Undip Prof. Yos Johan Utama saat pengukuhan ketiga guru besar, di Semarang, Selasa.

Ketiga guru besar itu, yakni Prof. Widayat dan Prof Istadi dari Departemen Teknik Kimia Undip, serta Prof Nany Yuliastuti dari Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Undip.

Yos menjelaskan Undip berperan membantu menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni untuk menghadapi semakin berkembangnya dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang sedemikian pesat.

"Kampus harus beradaptasi dengan perkembangan zaman tentunya. Langkahnya, melalui semakin digiatkannya riset atau kajian keilmuan yang bermuara pada inovasi yang adaptif terhadap perubahan," katanya.

Profesor Widayat dalam kesempatan itu menyampaikan pidato pengukuhan guru besarnya yang berjudul "Pengembangan Proses Produksi Biodiesel Yang Efisien Untuk Mendukung Kedaulatan Energi".

Dijelaskannya, Indonesia telah menjadi negara "net importir" minyak bumi dan bahan bakar minyak sejak 2008 sehingga sudah saatnya memprioritaskan pengembangan energi baru dan terbarukan.

"Kebijakan energi nasional yang utama adalah ketersediaan energi untuk kebutuhan nasional, prioritas pengembangan energi, pemanfaatan sumber daya energi nasional, dan cadangan energi nasional," katanya.

Tentunya, kata dia, kebijakan tersebut memerlukan dukungan penelitian, pengembangan, dan penerapan teknologi energi, salah satunya adalah bioetanol, biodiesel, dan biogas.

"Biodiesel bisa disintesis dari minyak nabati maupun hewani untuk menggantikan solar, bioetanol bisa menggantikan bensin. Namun, sampai saat ini penggunaan biodiesel masih rendah," katanya.

Sejalan dengan ketahanan energi, Prof. Istadi juga menyampaikan pidato pengukuhan berjudul "Pengembangan Teknologi Reaktor Hibrida Katalitik-Plasma Dalam Rangka Pemenuhan Ketahanan Energi Nasional".

"Berkurangnya potensi sumber bahan bakar minyak mengakibatkan kelangkaan sumber energi fosil suatu saat nanti. Makanya, harus ada upaya strategis mengurangi kebergantungan pada minyak bumi," katanya.

Di Indonesia, kata dia, tersedia gas alam yang melimpah, yakni gas alam Natuna, namun gas tersebut mengandung banyak gas karbondioksida (CO2) sekitar 70 persen dan metana sekitar 30 persen.

"Hal menarik di sini adalah upaya mengonversi gas alam menjadi bahan bakar secara langsung tanpa harus memisahkan gas terlebih dahulu, yakni dengan teknologi reaktor hibrida katalitik-plasma," katanya.

Sementara itu, Prof. Nany Yuliastuti menyampaikan pidato pengukuhan berjudul "Pendekatan Integrasi Sosio-spasial bagi Perencanaan Perumahan: Sebuah Pembelajaran dari Perumnas Sendangmulyo".

"Lembaga rukun tetangga (RT) sebagai institusi lokal kepanjangan pemerintah kelurahan memiliki kekuatan mengintegrasikan aspek sosial dengan aspek spasial perencanaan di lingkungan perumahan," katanya.

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2024