Purwokerto, ANTARA JATENG - Berbagai persoalan yang terjadi di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, perlu menjadi perhatian utama bagi bakal calon bupati setempat, kata pengamat politik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Luthfi Makhasin.

"Isu-isu tersebut perlu mendapat perhatian bagi bapak-bapak ini (bakal calon Bupati Banyumas), baik pada proses awal, syukur-syukur jadi," katanya saat menjadi pembicara dalam Seminar "Mencari Pemimpin Banyumas" yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsoed di Aula FISIP Unsoed Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa.

Selain Luthfi Makhasin, seminar yang dipandu Tri Wuryaningsih itu juga menghadirkan praktisi pemerintahan Setiyadi serta tiga bakal calon bupati, yakni Achmad Husein (petahana), Toto Dirgantoro, dan Ifan Haryanto.

Luthfi mengatakan dalam mencari pemimpin Banyumas tidak lepas dari persoalan bagaimana memformulasikan format kebijakan yang baik.

Menurut dia, hal itu disebabkan kepemimpinan yang baik (good leadership) terkait dengan kebijakan yang baik (good policy).

"Selama ini, momentum politik seperti pilkada (pemilihan kepala daerah) selalu `concern` hanya pada persoalan `siapa menjadi apa` tetapi sering kali melupakan persoalan yang lebih besar dari itu," katanya.

Lebih lanjut, dia mengatakan janji yang disampaikan pada masa kampanye sering kali menjadi "pekerjaan rumah (PR)" yang kadang dilupakan.

Terkait dengan hal itu, Luthfi memaparkan mengenai arti penting kepemimpinan yang baik dan kebijakan yang baik.

Selain itu, dia juga mengharapkan para bakal calon bupati untuk memberikan perhatian khusus terhadap berbagai persoalan yang ada di Banyumas.

Sementara itu, praktisi pemerintahan Setiyadi mengatakan ketika berbicara visi dan misi, hal itu sebenarnya bukan sekadar kata-kata indah.

"Visi itu mimpi yang ingin diwujudkan, misi itu garis-garis besar apa yang akan dilaksanakan. Selanjutnya dijabarkan dengan ukuran-ukuran, indikator-indikator yang kualitatif, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai," katanya.

Menurut dia, dari 32 urusan yang ditangani kepala daerah, ada sekian ratus sasaran di antaranya bagaimana menurunkan angka kemiskinan dan sebagainya.

Lebih lanjut, Setiyadi mengatakan seorang pemimpin ketika mencalonkan diri, yang penting menjanjikan hal yang sifatnya populer.

"Padahal yang populer, belum tentu baik bagi rakyat. Yang baik bagi rakyat, belum tentu populer. Apakah ada calon bupati berani menjanjikan hal-hal yang tidak populer, kayaknya enggak ada," katanya.

Menurut dia, seorang pemimpin daerah sebenarnya mirip kepala rumah tangga yang harus bisa memenuhi kebutuhan dasar keluarganya.

Dengan demikian ketika permasalahan dasar belum terselesaikan, kata dia, permasalahan sekunder dan tersier nanti dulu.

"Syukur permasalahan dasar terselesaikan, yang lain-lain pun untuk penampilan daerah kita agar mempunyai daya tarik bisa digarap," katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Setiyadi mengatakan program-program yang akan dilaksanakan seorang pemimpin baru pun harus berkesinambungan dengan program-program pemimpin sebelumnya sehingga permasalahan yang belum selesai dapat dituntaskan.

Pewarta : Sumarwoto
Editor :
Copyright © ANTARA 2024