Magelang, ANTARA JATENG - Sekelompok peserta Program Kreativitas Mahasiswa Teknologi Univesitas Tidar Kota Magelang, Jawa Tengah, menciptakan mesin pemipih adonan untuk proses produksi emping singkong yang kemudian diberi nama "Pidapuring".
Ketua kelompok mahasiswa PKM-T Untidar Kota Magelang Ari Aprianto di Magelang, Senin mengatakan alat itu untuk mengubah cara kerja manual para pembuat emping singkong selama ini.
Ide awal pembuatan alat dengan biaya sekitar Rp4 juta itu, ujarnya, ketika tim melihat proses produksi emping singkong secara manual di industri rumahan milik Slamet, warga Desa Blongkeng, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang.
Tim PKM-T Untidar itu, terdiri atas Ari Aprianto, Abdullah Labib, Adi Farhan Khamid, Aji Setiyawan, dan Rinaldi Ridho Arrahman. Beberapa waktu lalu, tim tersebut mengikuti proses monitoring dan evaluasi pelaksaan program tersebut di Semarang.
"Industri rumahan emping singkong yang dikerjakan Pak Slamet masih manual, menguras banyak tenaga dan alatnya masih sederhana. Padahal permintaan pasar melebihi jumlah produksi," ujarnya.
Tim tersebut kemudian mencari terobosan dan menghasilkan pidapuring dengan kemampuan produksi tersebut lebih cepat sehingga permintaan konsumen dapat dipenuhi secara optimal.
Ia menyebut mesin pidapuring menghasilkan 100 keping emping singkong per menit.
Ia menjelaskan tentang cara kerja sederhana pidapuring. Sebuah motor listrik berputar menggerakkan "pulley kecil" yang dihubungkan oleh "v-belt" untuk menggerakkan "pulley besar".
"Pulley besar" menggerakkan poros dengan tiga tuas vertikal yang menjadi penggerak kayu pemipih bergerak ke atas dan bawah sesuai putaran poros.
Proses penciptaan pidapuring oleh tim tersebut selama sekitar empat bulan, antara lain tahapan indentifikasi masalah, perancangan dan pembuatan mesin, pengujian, analisa, dan perbaikan mesin agar layak pakai.
Ketua kelompok mahasiswa PKM-T Untidar Kota Magelang Ari Aprianto di Magelang, Senin mengatakan alat itu untuk mengubah cara kerja manual para pembuat emping singkong selama ini.
Ide awal pembuatan alat dengan biaya sekitar Rp4 juta itu, ujarnya, ketika tim melihat proses produksi emping singkong secara manual di industri rumahan milik Slamet, warga Desa Blongkeng, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang.
Tim PKM-T Untidar itu, terdiri atas Ari Aprianto, Abdullah Labib, Adi Farhan Khamid, Aji Setiyawan, dan Rinaldi Ridho Arrahman. Beberapa waktu lalu, tim tersebut mengikuti proses monitoring dan evaluasi pelaksaan program tersebut di Semarang.
"Industri rumahan emping singkong yang dikerjakan Pak Slamet masih manual, menguras banyak tenaga dan alatnya masih sederhana. Padahal permintaan pasar melebihi jumlah produksi," ujarnya.
Tim tersebut kemudian mencari terobosan dan menghasilkan pidapuring dengan kemampuan produksi tersebut lebih cepat sehingga permintaan konsumen dapat dipenuhi secara optimal.
Ia menyebut mesin pidapuring menghasilkan 100 keping emping singkong per menit.
Ia menjelaskan tentang cara kerja sederhana pidapuring. Sebuah motor listrik berputar menggerakkan "pulley kecil" yang dihubungkan oleh "v-belt" untuk menggerakkan "pulley besar".
"Pulley besar" menggerakkan poros dengan tiga tuas vertikal yang menjadi penggerak kayu pemipih bergerak ke atas dan bawah sesuai putaran poros.
Proses penciptaan pidapuring oleh tim tersebut selama sekitar empat bulan, antara lain tahapan indentifikasi masalah, perancangan dan pembuatan mesin, pengujian, analisa, dan perbaikan mesin agar layak pakai.