Solo, ANTARA JATENG - Pemerintah Kota Solo, Jawa Tengah mengajak pedagang kaki lima (PKL) memerhatikan kualitas menu makanan yang dijual kepada pelanggan, baik dari sisi higienitas maupun rasa.
"Bagi pedagang kaki lima, di sini pemerintah mengingatkan kembali dalam penjualan makanan agar jangan mengabaikan kesehatan, misalnya ingin enak maka diberi mecin yang banyak atau ingin murah maka bahan makanan yang digunakan juga berharga murah dan seadanya," kata Kepala Bidang PKL Dinas Perdagangan Kota Solo Didik Anggono di sela kegiatan pelatihan pengolahan dan penyajian makanan di Hotel Kusuma Sahid Prince Solo, Rabu.
Ia mengatakan para PKL harus diberikan pemahaman untuk mengubah pola pikir, salah satunya guna memastikan bahwa makanan tidak diukur dari harganya tetapi dari rasanya.
"Kalau rasa makanan yang dijual enak saya yakin soal harga akan menjadi nomor kesekian. Dalam hal ini, pemerintah mendorong agar penjual paham dengan baik dan benar cara menyajikan dan mengolah makanan," katanya.
Ia mengatakan dalam kegiatan yang diselenggarakan pada tanggal 1-2 November 2017 tersebut, 100 PKL makanan yang menjadi peserta juga diberikan wawasan baru terkait berbagai macam resep dengan diajari langsung oleh chef di Hotel Kusuma Sahid Prince Solo.
"Tujuannya agar para PKL tahu bagaimana cara memasak menu yang baik, yang menurut PKL menu ini baru dan bisa diaplikasikan untuk usaha baru. Jadi jangan sampai mereka berpikir yang penting dapat uang tetapi dari sisi kesehatan dan keamanan makanan tidak diperhatikan," katanya.
Selain itu, dikatakannya, dengan dilatih langsung oleh chef hotel para peserta diharapkan dapat menyajikan makanan dengan baik dan terlihat "eye catching".
Ia menilai pelatihan tersebut penting diberikan mengingat saat ini masih ada sebagian PKL yang memiliki pola pikir konvensional tanpa mau memikirkan peningkatan kualitas menu makanan yang disajikan kepada pembeli.
"Oleh karena itu, kami juga merasa perlu untuk mengingatkan kepada mereka. Jangan sampai pembeli yang masuk ke warung mereka langsung menyerngitkan dahi. Kami tidak ingin masyarakat memandang jorok, kumuh, kotor, dan jijik terhadap warung-warung PKL," katanya.
Selain mengajak peserta untuk praktik cara mengolah makanan, dikatakannya, pada kegiatan tersebut juga didatangkan perwakilan dari Dinas Kesehatan.
"Dinas Kesehatan ini akan menyampaikan materi mengenai kesehatan pangan, komposisi kadungan protein hingga kandungan racun yang ada di menu makanan tertentu," katanya.
"Bagi pedagang kaki lima, di sini pemerintah mengingatkan kembali dalam penjualan makanan agar jangan mengabaikan kesehatan, misalnya ingin enak maka diberi mecin yang banyak atau ingin murah maka bahan makanan yang digunakan juga berharga murah dan seadanya," kata Kepala Bidang PKL Dinas Perdagangan Kota Solo Didik Anggono di sela kegiatan pelatihan pengolahan dan penyajian makanan di Hotel Kusuma Sahid Prince Solo, Rabu.
Ia mengatakan para PKL harus diberikan pemahaman untuk mengubah pola pikir, salah satunya guna memastikan bahwa makanan tidak diukur dari harganya tetapi dari rasanya.
"Kalau rasa makanan yang dijual enak saya yakin soal harga akan menjadi nomor kesekian. Dalam hal ini, pemerintah mendorong agar penjual paham dengan baik dan benar cara menyajikan dan mengolah makanan," katanya.
Ia mengatakan dalam kegiatan yang diselenggarakan pada tanggal 1-2 November 2017 tersebut, 100 PKL makanan yang menjadi peserta juga diberikan wawasan baru terkait berbagai macam resep dengan diajari langsung oleh chef di Hotel Kusuma Sahid Prince Solo.
"Tujuannya agar para PKL tahu bagaimana cara memasak menu yang baik, yang menurut PKL menu ini baru dan bisa diaplikasikan untuk usaha baru. Jadi jangan sampai mereka berpikir yang penting dapat uang tetapi dari sisi kesehatan dan keamanan makanan tidak diperhatikan," katanya.
Selain itu, dikatakannya, dengan dilatih langsung oleh chef hotel para peserta diharapkan dapat menyajikan makanan dengan baik dan terlihat "eye catching".
Ia menilai pelatihan tersebut penting diberikan mengingat saat ini masih ada sebagian PKL yang memiliki pola pikir konvensional tanpa mau memikirkan peningkatan kualitas menu makanan yang disajikan kepada pembeli.
"Oleh karena itu, kami juga merasa perlu untuk mengingatkan kepada mereka. Jangan sampai pembeli yang masuk ke warung mereka langsung menyerngitkan dahi. Kami tidak ingin masyarakat memandang jorok, kumuh, kotor, dan jijik terhadap warung-warung PKL," katanya.
Selain mengajak peserta untuk praktik cara mengolah makanan, dikatakannya, pada kegiatan tersebut juga didatangkan perwakilan dari Dinas Kesehatan.
"Dinas Kesehatan ini akan menyampaikan materi mengenai kesehatan pangan, komposisi kadungan protein hingga kandungan racun yang ada di menu makanan tertentu," katanya.