Rembang, ANTARA JATENG - Direktur Akademi Komunitas Semen Indonesia (AKSI) Rembang M. Sugihariyadi menilai belum beroperasinya pabrik Semen Indonesia di Rembang membuktikan investasi harus menaati aturan.

"Sebagai akademisi, saya menilainya sebagai sebuah komitmen. Bagaimanapun investasi harus taat aturan. Apalagi, Semen Indonesia sebagai perusahaan `pelat merah`," katanya, di Kabupaten Rembang, Jateng, Rabu.

Yang dilakukan Semen Indonesia dengan belum mengoperasikan pabriknya di Rembang untuk beproduksi, lanjut dia, semestinya menjadi contoh bagi perusahaan-perusahaan lain dalam menjalankan investasinya.

"Investasi yang bijak akan selalu menaati aturan. Untuk Semen Rembang, sekarang kan masih tahap Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) tahap kedua. Ya, harus menunggu dulu hasil KLHS itu," ucapnya.

Mengenai investasi Semen Indonesia di Rembang, ia mengatakan sebenarnya tidak ada persoalan karena masyarakat Rembang, khususnya di ring I legawa dan merasa bangga dengan kehadiran Semen Rembang.

"Sebelum pendirian pabrik sudah dilakukan studi kelayakan bisnis. Itu pasti dan harus dilakukan untuk melihat aspek yang harus dijalankan, kemudian aspek krusial mengenai kebutuhan masyarakat," tuturnya.

Dari aspek lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, hingga pendidikan, kata dia, Semen Indonesia sudah melakukan kajian secara matang, bukan semata-mata bagaimana perusahaan bisa mendapatkan keuntungan.

Hal terpenting yang dilakukan Semen Indonesia, kata dia, adalah kemampuannya memotret kemiskinan di Rembang yang selama ini belum pernah dilakukan oleh investor-investor lain di wilayah tersebut.

"Jadi, tidak melulu merekrut masyarakat sekitar jadi pekerja, tetapi bagaimana memberdayakannya di sektor usaha kecil menengah (UKM), misalnya usaha `laundry`, katering, hingga sewa indekost," ujarnya.

Semangat awal dari Semen Indonesia, kata dia, bukan berpandangan pada proyek, melainkan program sehingga masyarakat pun menangkapnya secara cerdas untuk memberdayakan melalui berbagai program.

"Makanya, sebagai akademisi, saya melihat pekerjaan rumah (PR) yang perlu dilakukan adalah melihat sejauh mana ekspektasi dan kemanfaatan program-program yang sudah dilakukan ini bagi masyarakat," tukas Sugihariyadi.

Sementara itu, tokoh masyarakat Desa Tegaldowo yang termasuk ring I Semen Rembang, Dwi Joko Supriyanto membenarkan sejauh ini Pabrik Semen Rembang memang belum melakukan kegiatan penambangan sama sekali.

"Mesinnya memang beroperasi, tetapi istilah untuk sepeda motor baru itu `inreyen`, dengan bahan baku yang dibeli dari tambang-tambang rakyat di sekitar sini. Pabrik sama sekali belum menambang," ungkapnya.

Selain "inreyen" mesin, kata Joko, Semen Indonesia juga masih merampungkan pembuatan jalan menuju ke pabrik maupun penambangan untuk kesiapan jika Pabrik Semen Rembang sudah diresmikan dan beroperasi.

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor :
Copyright © ANTARA 2024