Boyolali, ANTARA JATENG - Pendaki ke puncak Gunung Merapi melalui jalur pintu di Desa Lencoh Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Jawa Tengah, sepekan ini, jumlahnya terus meningkat dibanding sebelumnya.

"Jumlah pendaki Gunung Merapi sepekan ini, mencapai 250 orang atau meningkat dibanding pekan sebelumnya hanya 100 orang," kata Samsuri, petugas jaga retribusi pendakian dari Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM), di Desa Lencoh Boyolali, Senin.

Menurut Samsuri ratusan orang pendaki tersebut datang dari berbagai daerah antara lain, Jakarta, Yogyakarta, dan warga lokal seperti Solo, Semarang, Klaten dan Boyolali.

Namun, kata Samsuri jumlah pendaki akan mencapai puncaknya pada malam 1 Sura atau menurut kalender jawa atau Tahun Baru 1439 Hijriah yang jatuh pada Rabu (20/9) malam hingga Kamis (21/9) dini hari, diperkirakan mencapai hingga sekitar 1.000 orang.

"Saya perkirakan jumlah pendaki Merapi mencapai sekitar 1.000 orang atau meningkat dibanding malam 1 Sura tahun sebelumnya mencapai sekitar 700 orang," kata Samsuri.

Samsuri mengatakan jumlah pendaki ke Merapi pada malam 1 Sura biasanya selain masyarakat Boyolali dan sekitarnya yang melakukan ritual, juga pendaki atau pencinta alam dari luar daerah di Pulau Jawa dan wisatawan asing.

Pada acara malam 1 Sura masyarakat di Merapi juga melakukan upacara ritual "Sedekah Gunung", sehingga kondisi di puncak atau di kawasan Pasar Bubrah ramai sekali. Mereka selain menikmati pemandangan pegunung pada malam hari, juga upacara ritual adat budaya masyarakat setempat.

"Upacara sedekah gunung merupakan tradisi masyarakat lereng Merapi di Selo digelar setiap tahun, pada malam 1 Sura, untuk melestarikan dan menarik wisatawan untuk berkunjung di daerah ini," katanya.

Pada acara pendakian pada malam 1 Sura, kata dia, petugas dari BTNGM akan menurunkan sekitar 40 orang, dan ditambah tim SAR desa setempat. yakni Barameru yang akan memantau setiap jalur pendakian hingga ke Pasar Bubrah atau di bawah puncak Merapi.

Menyinggung soal retribusi bagi pendaki, Samsuri mengatakan setiap pendaki ke Merapi hanya ditarik restribusi Rp16.000 untuk hari-hari biasa, sedangkan Rp18.500 per orang pada hari libur atau malam minggu.

Kendati demikian, pihaknya mengimbau kepada pendaki untuk tetap waspada karena sekarang memasuki musim kemarau yang rawan kebakaran sehingga dilarang membuat api unggul di lokasi pendakian.

"Pada musim kemarau saat ini, rawan kebakaran, sehingga pendaki dilarang membuat api unggun atau lainnya di lereng gunung, karena banyak dahan atau rumput kering yang mudah terbakar," katanya.

Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor :
Copyright © ANTARA 2024