Kudus, ANTARA JATENG - Gula pasir yang masih tersimpan di gudang pabrik gula milik PT Perkebunan Nusantara IX tercatat sebanyak 10.000 ton dan bakal diserap oleh Perum Bulog, kata Direktur Operasional PT Perkebunan Nusantara IX RM. Satrijo Wibowo.
"Jumlah gula yang tersimpan memang tidak banyak karena proses produksinya belum lama dimulai," ujarnya ditemui usai peletakan batu pertama atau "groundbreaking" pekerjaan engineering procurement construction and commisioning di Pabrik Gula Rendeng Kudus, Selasa.
Ia mengatakan, sesuai keputusan pemerintah, ketika harga gula pasir rendah, maka Perum Bulog akan ikut menyerap.
Untuk itu, lanjut dia, jika gula yang tersimpan di gudang sejumlah pabrik gula milik PTPN IX belum juga terserap pasar, maka akan diserap oleh Perum Bulog sesuai keputusan terbaru.
Dengan demikian, kata dia, Perum Bulog akan berperan menjaga stabilitas harga gula di pasaran.
Terkait program revitalisasi PG Rendeng, kata dia, kontraknya akan berlangsung selama dua tahun.
Dengan adanya program revitalisasi senilai Rp225 miliar tersebut, maka diharapkan bisa menambah kapasitas giling dari 2.500 ton tebu per hari menjadi 4.000 ton per hari.
Untuk mengimbangi peningkatan kapasitas gilingnya itu, kata dia, sudah disiapkan penambahan lahan tanaman tebu, sehingga ketika kebutuhan bahan baku tebu bertambah sudah disiapkan.
Salah satunya, kata dia, melalui lahan konversi kebun karet di Kabupaten Jepara, saat ini telah ditanami tanaman tebu.
"Karena lahan milik PTPN IX, maka kualitas tanamannya harus berkualitas agar nantinya menjadi contoh petani," ujarnya.
Ia optimistis, dengan adanya revitalisasi tersebut akan meningkatkan tingkat rendemennya.
"Untuk saat ini, masalah rendemen hanya pada masa transisi, karena nantinya bisa naik," ujarnya.
PTPN IX sendiri berencana akan membangun pabrik gula baru, menyusul adanya penyertaan modal negara sebesar Rp1 triliun.
Dari dana sebesar itu, sekitar Rp225 miliar digunakan untuk revitalisasi PG Mojo, Sragen, dan saat ini sudah berjalan, sedangkan PG Rendeng sebesar Rp225 miliar, sehingga masih ada dana sebesar Rp550 miliar.
Rencana, kata dia, dana tersebut akan digunakan untuk membangun pabrik baru di Comal.
"Ketika pabrik baru beroperasi, maka pabrik yang lama akan dialihfungsikan karena ada yang dibangun tahun 1870 atau mungkin lebih tua lagi, sehingga sudah tidak produktif," ujarnya.
Apabila pembangunan pabrik baru selesai dilakukan, maka tebu-tebu petani sebelumnya menyuplai PG yang dialihfungsikan akan masuk ke pabrik yang baru.
Selain itu, lanjut dia, akan ditambah lagi dengan lahan konversi kebun karet serta sewa lahan petani.
Adapun total lahan tanaman tebu yang dibutuhkan untuk pabrik baru 11.250 hektare.
"Nantinya, ketika PTNPN IX memiliki pabrik gula yang baru, akan menjadi pabrik modern," ujarnya.
Sementara pabrik gula yang lama, katanya, akan dikaji untuk diubah menjadi pabrik gula cair atau pabrik gula karamel.
Pelaksana tugas Manajer PG Rendeng Kudus Wisnu Pangaribuwa menambahkan, terkait konversi lahan karet di Jepara saat ini memang sudah ditanami tanaman tebu di areal seluas 710 hektare.
Tanaman tebu tersebut, kata dia, direncanakan untuk musim giling tahun 2018, sedangkan program jangka panjang konversi lahannya bisa mencapai 2.000 hektare pada tahun 2020.
Sementara areal lahan tanaman tebu untuk mendukung musim giling tahun ini, luas lahan areal tanaman tebunya mencapai 4.795 hektare yang tersebar di tujuh kabupaten untuk memenuhi target giling tanaman tebu sebanyak 316.751 ton.
"Jumlah gula yang tersimpan memang tidak banyak karena proses produksinya belum lama dimulai," ujarnya ditemui usai peletakan batu pertama atau "groundbreaking" pekerjaan engineering procurement construction and commisioning di Pabrik Gula Rendeng Kudus, Selasa.
Ia mengatakan, sesuai keputusan pemerintah, ketika harga gula pasir rendah, maka Perum Bulog akan ikut menyerap.
Untuk itu, lanjut dia, jika gula yang tersimpan di gudang sejumlah pabrik gula milik PTPN IX belum juga terserap pasar, maka akan diserap oleh Perum Bulog sesuai keputusan terbaru.
Dengan demikian, kata dia, Perum Bulog akan berperan menjaga stabilitas harga gula di pasaran.
Terkait program revitalisasi PG Rendeng, kata dia, kontraknya akan berlangsung selama dua tahun.
Dengan adanya program revitalisasi senilai Rp225 miliar tersebut, maka diharapkan bisa menambah kapasitas giling dari 2.500 ton tebu per hari menjadi 4.000 ton per hari.
Untuk mengimbangi peningkatan kapasitas gilingnya itu, kata dia, sudah disiapkan penambahan lahan tanaman tebu, sehingga ketika kebutuhan bahan baku tebu bertambah sudah disiapkan.
Salah satunya, kata dia, melalui lahan konversi kebun karet di Kabupaten Jepara, saat ini telah ditanami tanaman tebu.
"Karena lahan milik PTPN IX, maka kualitas tanamannya harus berkualitas agar nantinya menjadi contoh petani," ujarnya.
Ia optimistis, dengan adanya revitalisasi tersebut akan meningkatkan tingkat rendemennya.
"Untuk saat ini, masalah rendemen hanya pada masa transisi, karena nantinya bisa naik," ujarnya.
PTPN IX sendiri berencana akan membangun pabrik gula baru, menyusul adanya penyertaan modal negara sebesar Rp1 triliun.
Dari dana sebesar itu, sekitar Rp225 miliar digunakan untuk revitalisasi PG Mojo, Sragen, dan saat ini sudah berjalan, sedangkan PG Rendeng sebesar Rp225 miliar, sehingga masih ada dana sebesar Rp550 miliar.
Rencana, kata dia, dana tersebut akan digunakan untuk membangun pabrik baru di Comal.
"Ketika pabrik baru beroperasi, maka pabrik yang lama akan dialihfungsikan karena ada yang dibangun tahun 1870 atau mungkin lebih tua lagi, sehingga sudah tidak produktif," ujarnya.
Apabila pembangunan pabrik baru selesai dilakukan, maka tebu-tebu petani sebelumnya menyuplai PG yang dialihfungsikan akan masuk ke pabrik yang baru.
Selain itu, lanjut dia, akan ditambah lagi dengan lahan konversi kebun karet serta sewa lahan petani.
Adapun total lahan tanaman tebu yang dibutuhkan untuk pabrik baru 11.250 hektare.
"Nantinya, ketika PTNPN IX memiliki pabrik gula yang baru, akan menjadi pabrik modern," ujarnya.
Sementara pabrik gula yang lama, katanya, akan dikaji untuk diubah menjadi pabrik gula cair atau pabrik gula karamel.
Pelaksana tugas Manajer PG Rendeng Kudus Wisnu Pangaribuwa menambahkan, terkait konversi lahan karet di Jepara saat ini memang sudah ditanami tanaman tebu di areal seluas 710 hektare.
Tanaman tebu tersebut, kata dia, direncanakan untuk musim giling tahun 2018, sedangkan program jangka panjang konversi lahannya bisa mencapai 2.000 hektare pada tahun 2020.
Sementara areal lahan tanaman tebu untuk mendukung musim giling tahun ini, luas lahan areal tanaman tebunya mencapai 4.795 hektare yang tersebar di tujuh kabupaten untuk memenuhi target giling tanaman tebu sebanyak 316.751 ton.