Semarang, ANTARA - Indonesia Power, anak Perusahaan PT PLN, menyulap bekas Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) yang berlokasi di Pandean Lamper, Kota Semarang, Jawa Tengah, menjadi "Centre of Excellence Fire and Safety Academy".
Direktur Utama Indonesia Power Sripeni Inten Cahyani saat peresmian pusat pelatihan tersebut, Selasa, mengatakan, akademi pelatihan keselamatan dan pemadam kebakaran tersebut berdiri di bekas PLTG yang sudah berhenti beroperasi sejak 198-an itu.
"PLTG berkapasitas 20 MW ini beroperasi sejak 1968, berhenti operasi sekitar 1980-an," katanya.
Menurut dia, pembangunan fasilitas pelatihan di Pandean Lamper ini sesuai dengan kebutuhan perusahaan seiring dengan perkembangan zaman.
"Dulu kita melaksanakan pelatihan menggunakan fasilitas milik Pertamina," katanya.
Melalui fasilitas baru ini, lanjut dia, penanganan kebakaran khususnya di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan baku batubara rendah kalori bisa optimal.
Fasilitas pelatihan ini sendiri, menurut dia, juga dilengkapi dengan persediaan batubara berkalor rendah.
Sementara itu, Direktur Human Capital PT PLN Muhammad Ali mengatakan sebagian besar PLTU di Indonesia masih menggunakan batubara berkalori rendah sebagai bahan bakar.
"Batubara rendah memiliki sifat membakar dirinya sendiri," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, hal tersebut perlu ditangani serius untuk bisa meminimalkan sifat bawaan batubara tersebut.
Ia menyambut gembira pendirian fasilitas pelatihan yang akan melengkapi 11 akademi yang sudah dimiliki PLN.
Direktur Utama Indonesia Power Sripeni Inten Cahyani saat peresmian pusat pelatihan tersebut, Selasa, mengatakan, akademi pelatihan keselamatan dan pemadam kebakaran tersebut berdiri di bekas PLTG yang sudah berhenti beroperasi sejak 198-an itu.
"PLTG berkapasitas 20 MW ini beroperasi sejak 1968, berhenti operasi sekitar 1980-an," katanya.
Menurut dia, pembangunan fasilitas pelatihan di Pandean Lamper ini sesuai dengan kebutuhan perusahaan seiring dengan perkembangan zaman.
"Dulu kita melaksanakan pelatihan menggunakan fasilitas milik Pertamina," katanya.
Melalui fasilitas baru ini, lanjut dia, penanganan kebakaran khususnya di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan baku batubara rendah kalori bisa optimal.
Fasilitas pelatihan ini sendiri, menurut dia, juga dilengkapi dengan persediaan batubara berkalor rendah.
Sementara itu, Direktur Human Capital PT PLN Muhammad Ali mengatakan sebagian besar PLTU di Indonesia masih menggunakan batubara berkalori rendah sebagai bahan bakar.
"Batubara rendah memiliki sifat membakar dirinya sendiri," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, hal tersebut perlu ditangani serius untuk bisa meminimalkan sifat bawaan batubara tersebut.
Ia menyambut gembira pendirian fasilitas pelatihan yang akan melengkapi 11 akademi yang sudah dimiliki PLN.