Semarang, ANTARA JATENG - Badan Layanan Umum (BLU) Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang mengakui adanya penurunan jumlah penumpang, salah satunya imbas dari beroperasinya BRT Trans Jateng.
"Terutama di Koridor II yang melayani rute Terminal Terboyo-Sisemut, Kabupaten Semarang PP," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BLU Trans Semarang Ade Bhakti di Semarang, Senin.
Berdasarkan data, disebutkannya, pada Januari 2017 tercatat total penumpang di Koridor II Trans Semarang sebanyak 196.469 orang dengan jumlah penumpang rata-rata 6.337 orang/hari.
Akan tetapi, kata dia, pada Juli 2017 jumlah total penumpang di koridor nomor dua terpadat penumpang setelah Koridor I itu berkurang menjadi 175.525 orang dengan rata-rata 5.662 orang/hari.
"Artinya, kami mencatat ada penurunan sekitar 20 ribu penumpang/bulan di koridor tersebut dibandingkan dengan awal tahun," kata Ade yang juga Kepala Sub Bagian Tata Usaha BLU BRT Trans Semarang itu.
Meski demikian, ia menegaskan tidak ada pengaruhnya terhadap pelayanan karena Trans Semarang hadir untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya, termasuk dengan adanya subsidi dari Pemerintah Kota Semarang.
Belum lama ini, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah meluncurkan BRT Trans Jateng yang menghubungkan Stasiun Tawang-Terminal Bawen, Kabupaten Semarang PP, tepatnya sejak 7 Juli 2017 sehingga sudah sebulan beroperasi.
Di satu sisi, BRT Trans Semarang sebelumnya sudah mengoperasikan Koridor II yang melayani rute Terminal Terboyo-Sisemut, Kabupaten Semarang, sehingga ada rute antardua moda transportasi massal itu yang berhimpitan.
Diakui Ade, Koridor II Trans Semarang memang tengah dipantau terus pelayanannya kepada pengguna jasa, baik dari kualitas bus, interval bus, hingga emisi gas buang yang dihasilkannya.
Di antaranya, kata dia, adanya proyek pembangunan "Underpass" Jatingaleh yang molor hingga akhir Agustus 2017, padahal rute Koridor II dan VI Trans Semarang melewati proyek tersebut.
"Sebagaimana terjadi, di kawasan Jatingaleh kerap macet. Pastinya, keluhan pengguna jasa bertambah dan pendapatan di Koridor II juga menurun," katanya, tanpa menyebutkan angka.
Dengan adanya kemacetan, kata dia, membuat penumpang beralih ke moda transportasi lain, apalagi sekarang ini juga sudah banyak sekali jasa transportasi "online" di Kota Semarang.
Akhirnya, Trans Semarang memberlakukan pengalihan sementara rute untuk dua koridor mulai awal Agustus 2017, yakni Koridor II dan VI menghindari kemacetan di sekitar proyek "Underpass" Jatingaleh.
"Terutama di Koridor II yang melayani rute Terminal Terboyo-Sisemut, Kabupaten Semarang PP," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BLU Trans Semarang Ade Bhakti di Semarang, Senin.
Berdasarkan data, disebutkannya, pada Januari 2017 tercatat total penumpang di Koridor II Trans Semarang sebanyak 196.469 orang dengan jumlah penumpang rata-rata 6.337 orang/hari.
Akan tetapi, kata dia, pada Juli 2017 jumlah total penumpang di koridor nomor dua terpadat penumpang setelah Koridor I itu berkurang menjadi 175.525 orang dengan rata-rata 5.662 orang/hari.
"Artinya, kami mencatat ada penurunan sekitar 20 ribu penumpang/bulan di koridor tersebut dibandingkan dengan awal tahun," kata Ade yang juga Kepala Sub Bagian Tata Usaha BLU BRT Trans Semarang itu.
Meski demikian, ia menegaskan tidak ada pengaruhnya terhadap pelayanan karena Trans Semarang hadir untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya, termasuk dengan adanya subsidi dari Pemerintah Kota Semarang.
Belum lama ini, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah meluncurkan BRT Trans Jateng yang menghubungkan Stasiun Tawang-Terminal Bawen, Kabupaten Semarang PP, tepatnya sejak 7 Juli 2017 sehingga sudah sebulan beroperasi.
Di satu sisi, BRT Trans Semarang sebelumnya sudah mengoperasikan Koridor II yang melayani rute Terminal Terboyo-Sisemut, Kabupaten Semarang, sehingga ada rute antardua moda transportasi massal itu yang berhimpitan.
Diakui Ade, Koridor II Trans Semarang memang tengah dipantau terus pelayanannya kepada pengguna jasa, baik dari kualitas bus, interval bus, hingga emisi gas buang yang dihasilkannya.
Di antaranya, kata dia, adanya proyek pembangunan "Underpass" Jatingaleh yang molor hingga akhir Agustus 2017, padahal rute Koridor II dan VI Trans Semarang melewati proyek tersebut.
"Sebagaimana terjadi, di kawasan Jatingaleh kerap macet. Pastinya, keluhan pengguna jasa bertambah dan pendapatan di Koridor II juga menurun," katanya, tanpa menyebutkan angka.
Dengan adanya kemacetan, kata dia, membuat penumpang beralih ke moda transportasi lain, apalagi sekarang ini juga sudah banyak sekali jasa transportasi "online" di Kota Semarang.
Akhirnya, Trans Semarang memberlakukan pengalihan sementara rute untuk dua koridor mulai awal Agustus 2017, yakni Koridor II dan VI menghindari kemacetan di sekitar proyek "Underpass" Jatingaleh.