Semarang, ANTARA JATENG - Dinas Kesehatan Jawa Tengah mengakui pasar industri alat kesehatan (alkes) selama ini masih didominasi industri asing dengan kontribusi sekitar 94 persen.
"Izin edar alkes produk dalam negeri sekarang ini masih enam persen, sisanya alkes produk-produk luar negeri," kata Kepala Dinkes Jateng dr Yulianto Prabowo di Semarang, Rabu.
Hal tersebut diungkapkannya usai "Opening Showroom Paramount Bed Regional Semarang dan Yogyakarta" di Showroom PT Romora Jaya Pratama yang merupakan perusahaan pengadaan alkes.
Pembukaan "showroom" itu merupakan bentuk kerja sama "B to B" (business to business) antara PT Romora Jaya Pratama dan PT Paramount Bed Indonesia untuk akselerasi pasar alkes.
Yulianto mengharapkan pasar produk industri alkes lokal dan luar negeri bisa lebih berimbang, mengingat besarnya pasar industri alkes di Indonesia, termasuk di Jateng.
"Pasar industri alkes di Indonesia sangat besar, mencapai Rp12 triliun. Kalau di Jateng berkontribusi sekitar 10 persennya, berarti sekitar Rp1,2 triliun. Cukup besar," katanya.
Oleh karena itu, industri alkes dalam negeri perlu didorong untuk semakin mengembangkan pasar dengan mengutamakan mutu dan kualitas yang tidak kalah dengan produk luar negeri.
Seperti produk PT Paramount Bed Indonesia yang sudah memproduksi di dalam negeri, lanjut dia, tentunya dengan komponen yang sebagian besar berasal dari bahan-bahan lokal.
Di Jateng, kata Yulianto, ada setidaknya 276 rumah sakit (RS) berbagai kelas, mulai A, B, C, dan D, belum termasuk klinik kesehatan yang lebih banyak lagi tersebar di berbagai wilayah.
"Dalam sistem kesehatan nasional, obat dan alkes masuk subsistemnya. Di dunia kesehatan, tidak ada yang tidak bergantung dengan obat dan alkes. Apalagi, dengan penduduk Jateng yang besar," katanya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Romora Jaya Pratama Tiurmina Silalahi menambahkan Paramount sudah memproduksi produknya dengan sebagian besar komponen dari dalam negeri.
Dengan hadirnya "showroom" Paramount di Semarang, kata dia, penyedia kesehatan, khususnya di Jateng dan DIY bisa lebih mudah melihat produk-produk yang diinginkan sesuai kebutuhan.
"Jadi, kalau yang dari Jateng dan DIY mau lihat produk alkes dari Paramount tidak perlu lagi ke Cikarang, tetapi bisa dilihat di sini," pungkas mantan pegawai negeri sipil (PNS) guru itu.
"Izin edar alkes produk dalam negeri sekarang ini masih enam persen, sisanya alkes produk-produk luar negeri," kata Kepala Dinkes Jateng dr Yulianto Prabowo di Semarang, Rabu.
Hal tersebut diungkapkannya usai "Opening Showroom Paramount Bed Regional Semarang dan Yogyakarta" di Showroom PT Romora Jaya Pratama yang merupakan perusahaan pengadaan alkes.
Pembukaan "showroom" itu merupakan bentuk kerja sama "B to B" (business to business) antara PT Romora Jaya Pratama dan PT Paramount Bed Indonesia untuk akselerasi pasar alkes.
Yulianto mengharapkan pasar produk industri alkes lokal dan luar negeri bisa lebih berimbang, mengingat besarnya pasar industri alkes di Indonesia, termasuk di Jateng.
"Pasar industri alkes di Indonesia sangat besar, mencapai Rp12 triliun. Kalau di Jateng berkontribusi sekitar 10 persennya, berarti sekitar Rp1,2 triliun. Cukup besar," katanya.
Oleh karena itu, industri alkes dalam negeri perlu didorong untuk semakin mengembangkan pasar dengan mengutamakan mutu dan kualitas yang tidak kalah dengan produk luar negeri.
Seperti produk PT Paramount Bed Indonesia yang sudah memproduksi di dalam negeri, lanjut dia, tentunya dengan komponen yang sebagian besar berasal dari bahan-bahan lokal.
Di Jateng, kata Yulianto, ada setidaknya 276 rumah sakit (RS) berbagai kelas, mulai A, B, C, dan D, belum termasuk klinik kesehatan yang lebih banyak lagi tersebar di berbagai wilayah.
"Dalam sistem kesehatan nasional, obat dan alkes masuk subsistemnya. Di dunia kesehatan, tidak ada yang tidak bergantung dengan obat dan alkes. Apalagi, dengan penduduk Jateng yang besar," katanya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Romora Jaya Pratama Tiurmina Silalahi menambahkan Paramount sudah memproduksi produknya dengan sebagian besar komponen dari dalam negeri.
Dengan hadirnya "showroom" Paramount di Semarang, kata dia, penyedia kesehatan, khususnya di Jateng dan DIY bisa lebih mudah melihat produk-produk yang diinginkan sesuai kebutuhan.
"Jadi, kalau yang dari Jateng dan DIY mau lihat produk alkes dari Paramount tidak perlu lagi ke Cikarang, tetapi bisa dilihat di sini," pungkas mantan pegawai negeri sipil (PNS) guru itu.