Kudus, ANTARA JATENG - Tingkat inflasi pada Mei 2017 di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, tercatat sebesar 0,80 persen atau paling tinggi dibandingkan dengan daerah lain di Provinsi Jateng.
"Tingkat inflasi di Kudus pada bulan Mei 2017 juga lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat inflasi bulan sebelumnyana karena tercatat hanya 0,05 persen," kata Kepala Badan Pusat Statisitik (BPS) Kudus Sapto Harjuli Wahyu di Kudus, Jumat.
Ia mengatakan penyebab terjadinya inflasi di Kudus karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks beberapa kelompok pengeluaran, di antaranya kelompok bahan makanan sebesar 1,84 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,54 persen.
Selain itu, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,64 persen, kelompok kesehatan 0,47 persen, dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,51 persen, sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks merupakan kelompok sandang sebesar 0,04 persen.
Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terjadinya inflasi, yakni telur ayam ras, bawang putih, beras, bensin, tarif listrik, rokok kretek filter, dan pisang.
Komoditas yang memberikan sumbangan terjadinya deflasi, yakni cabai rawit, biskuit, melon, jeruk, tarif pulsa ponsel, bayam, dan udang basah.
Perkembangan harga berbagai komoditas selama Mei 2017, kata dia, secara umum mengalami kenaikan, di antaranya telur ayam ras, bawang putih, beras, bensin, tarif listrik, rokok kretek filter, dan pisang.
Dari enam kota Survei Biaya Hidup (SBH) di Jateng, seluruhnya mengalami inflasi.
Inflasi tertinggi, yakni di Kabupaten Kudus, disusul Kota Tegal sebesar 0,74 persen, Kota Purwokerto 0,66 persen, Kota Semarang dan Cilacap, tingkat inflasinya sama-sama sebesar 0,59 persen, serta Kota Surakarta mengalami inflasi terendah sebesar 0,33 persen.
Laju inflasi tahun kalender sebesar 3,13 persen.

Pewarta : Akhmad Nazaruddin Lathif
Editor :
Copyright © ANTARA 2024