Jakarta, ANTARA JATENG - Seorang pakar keamanan siber Korea Selatan, Selasa, mengungkapkan bahwa ada bukti baru yang makin meyakinkan Korea Utara memang berada di balik serangan global "ransomware" di mana cara peretas membajak komputer dan server di seluruh dunia yang saat ini terjadi mirip dengan serangan siber sebelumnya yang dituduhkan kepada Korea Utara.

Simon Choi, direktur anti-virus perusahaan software Hauri Inc. yang menganalisis program jahat atau malware Korea Utara sejak 2008 dan menjadi penasihat pemerintah untuk serangan siber, menyatakan Korea Utara bukanlah pendatang baru dalam dunia bitcoin dan telah menambang mata uang digital itu dengan menggunakan program komputer jahat sejak awal 2013.

Pada serangan siber yang saat ini terjadi, para peretas menuntut pembayaran dari korban-korban dalam bentuk bitcoin sebagai imbalan untuk bisa mengakses kembali komputer mereka yang sudah dienkripsi peretas.

Tahun lalu, Choi secara tidak sengaja berbicara dengan seorang peretas yang melacak sebuah alamat internet Korea Utara mengenai penciptaan ransomware dan dia sudah memperingatkan pihak berwenang Korea Selatan mengenai hal ini.

Jika Korea Utara yang diyakini melatih para prajurit siber di kampus-kampus, memang bertanggung jawab dalam serangan siber yang sekarang terjadi, Choi menyatakan dunia harus berhenti menganggap sepele kemampuan negara itu dan bekerja sama dalam memikirkan cara baru menghadapi ancaman siber, misalnya mendorong China mengisolasi internet Korea Utara.

Choi adalah salah seorang dari sejumlah peneliti di seluruh dunia yang menganggap ada kaitan antara "ransomware" bernama WannaCry dengan para peretas yang memiliki hubungan dengan Korea Utara.

Meskipun spekulasi Choi mungkin memperdalam kecurigaan bahwa negara berarsenal nuklir itu bertanggung jawab, bukti-bukti yang ada masih jauh dari kata konklusif. Semua pihak berwenang tengah bekerja untuk menangkap pemeras di balik serangan siber global itu, mencari petunjuk-petunjuk digital dan mengikuti aliran uang.

Para peneliti di Symantec dan Kaspersky Lab juga menemukan kemiripan antara serangan siber WannaCry dengan serangan siber sebelumnya yang dituduhkan sebagai ulah Korea Utara.

Korea Selatan menjadi langganan serangan siber yang setelah ditelusuri asalnya dari Korea Utara.

Beberapa serangan siber skala besar antara 2009 dan 2013 telah mematikan laman-laman pemerintah, sistem perbankan dan melumpuhkan stasiun penyiaran televisi.

Korea Selatan tidak terlalu menjadi target serangan ransomware yang terakhir kali ini terjadi, sebagian karena ancaman siber terus menerus ke negeri itu telah membuat pemerintah dan perusahaan-perusahaan di negeri itu berhati-hati dengan selalu memperbarui software mereka.

Pewarta : Antaranews
Editor :
Copyright © ANTARA 2024