Semarang, ANTARA JATENG - Otoritas Jasa Keuangan menilai masih banyak masyarakat yang enggan berinvestasi di sektor saham karena rendahnya tingkat literasi atau pemahaman terkait pasar modal.
"Berdasarkan data kami, dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta orang hanya sekitar 500 ribu yang menjadi investor di pasar saham," kata Kepala Bagian Pengaturan Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Farhan Nugroho di Semarang, Rabu.
Dia mengatakan masih rendahnya jumlah investor merupakan dampak dari ketidaktahuan masyarakat terkait saham.
"Mereka tidak paham bahwa pasar saham adalah hal yang menguntungkan untuk investasi, kalau mereka paham saya yakin akan semakin banyak jumlah investor di pasar modal," katanya.
Dia mengatakan kalau masyarakat sudah pernah mendengar dan tahu apa itu pasar modal dan saham, sebagian dari mereka masih khawatir jika sampai mengalami kerugian saat bertransaksi di pasar modal.
Mengenai hal itu, Farhan memberikan tips agar investor pemula memulai berinvestasi di reksadana saham. Dia mengatakan berbeda dengan sektor lain untuk reksa dana saham ini minim risiko karena dana biasanya akan digerakkan "fund manager" untuk membeli saham yang saat itu sedang dalam keadaan baik.
"Jadi akan minim risiko, apalagi yang menggerakkan ini adalah orang yang sudah ahli di bidangnya. Jangan memulai sendiri jika masih ragu," katanya.
Dia mengatakan setelah belajar di reksadana saham biasanya masyarakat akan mulai memahami mekanisme bertransaksi di pasar modal.
"Selanjutnya, investor bisa mulai bermain sendiri di pasar modal tanpa bantuan fund manager," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya berharap masyarakat menangkap peluang bagus yang ditawarkan oleh investasi pasar modal ini. Dengan semakin banyaknya masyarakat yang masuk ke dalam investasi pasar modal, artinya tingkat literasi dan inklusi pasar modal semakin tinggi.
Untuk diketahui, berdasarkan data dari OJK hingga saat ini tingkat literasi dan inklusi pasar modal di Jawa Tengah masih memprihatinkan.
Kepala OJK Kantor Regional III Jawa Tengah dan DIY Moch Ihsanuddin mengatakan dari survei literasi keuangan yang dilakukan pada tahun 2016 diperoleh hasil bahwa tingkat literasi masyarakat terhadap pasar modal masih 3,79 persen, sedangkan tingkat inklusi sebesar 0,1 persen.
"Berdasarkan data kami, dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta orang hanya sekitar 500 ribu yang menjadi investor di pasar saham," kata Kepala Bagian Pengaturan Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Farhan Nugroho di Semarang, Rabu.
Dia mengatakan masih rendahnya jumlah investor merupakan dampak dari ketidaktahuan masyarakat terkait saham.
"Mereka tidak paham bahwa pasar saham adalah hal yang menguntungkan untuk investasi, kalau mereka paham saya yakin akan semakin banyak jumlah investor di pasar modal," katanya.
Dia mengatakan kalau masyarakat sudah pernah mendengar dan tahu apa itu pasar modal dan saham, sebagian dari mereka masih khawatir jika sampai mengalami kerugian saat bertransaksi di pasar modal.
Mengenai hal itu, Farhan memberikan tips agar investor pemula memulai berinvestasi di reksadana saham. Dia mengatakan berbeda dengan sektor lain untuk reksa dana saham ini minim risiko karena dana biasanya akan digerakkan "fund manager" untuk membeli saham yang saat itu sedang dalam keadaan baik.
"Jadi akan minim risiko, apalagi yang menggerakkan ini adalah orang yang sudah ahli di bidangnya. Jangan memulai sendiri jika masih ragu," katanya.
Dia mengatakan setelah belajar di reksadana saham biasanya masyarakat akan mulai memahami mekanisme bertransaksi di pasar modal.
"Selanjutnya, investor bisa mulai bermain sendiri di pasar modal tanpa bantuan fund manager," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya berharap masyarakat menangkap peluang bagus yang ditawarkan oleh investasi pasar modal ini. Dengan semakin banyaknya masyarakat yang masuk ke dalam investasi pasar modal, artinya tingkat literasi dan inklusi pasar modal semakin tinggi.
Untuk diketahui, berdasarkan data dari OJK hingga saat ini tingkat literasi dan inklusi pasar modal di Jawa Tengah masih memprihatinkan.
Kepala OJK Kantor Regional III Jawa Tengah dan DIY Moch Ihsanuddin mengatakan dari survei literasi keuangan yang dilakukan pada tahun 2016 diperoleh hasil bahwa tingkat literasi masyarakat terhadap pasar modal masih 3,79 persen, sedangkan tingkat inklusi sebesar 0,1 persen.