Jakarta, ANTARA JATENG - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan
antarbank di Jakarta pada Kamis pagi bergerak menjadi Rp13.354 per dolar
AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis mengatakan, yield obligasi global yang kembali turun mendorong performa pasar surat utang negara (SUN) meningkat walaupun dibayangi ekspektasi kenaikan inflasi.
"Kinerja SUN yang membaik mampu membuat mata uang rupiah relatif stabil dengan kecenderungan menguat terhadap dolar AS," katanya.
Ia menambahkan, dolar AS yang cenderung melemah turut membuka peluang bagi rupiah mengalami apresiasi di pasar valas domestik. Kebijakan Presiden AS Donald Trump yang belum pasti memengaruhi fluktuasi dolar AS.
"Walaupun notulensi pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) menunjukkan mayoritas anggota the Fed menginginkan kenaikan suku bunga acuannya lebih cepat, baik dolar AS maupun yield obligasi AS sama-sama turun. Hal itu dikarenakan The Fed juga memasukkan faktor ketidakpastian kebijakan Trump," katanya.
Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova menambahkan bahwa sentimen dari dalam negeri yang relatif cukup kondusif kembali direspons positif oleh pelaku pasar uang sehingga rupiah mengalami apresiasi.
"Sejumlah data ekonomi domestik yang telah dirilis seperti neraca perdagangan yang surplus serta menurunnya defisit transaksi berjalan Indonesia diharapkan dapat menopang rupiah ke depannya," katanya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis mengatakan, yield obligasi global yang kembali turun mendorong performa pasar surat utang negara (SUN) meningkat walaupun dibayangi ekspektasi kenaikan inflasi.
"Kinerja SUN yang membaik mampu membuat mata uang rupiah relatif stabil dengan kecenderungan menguat terhadap dolar AS," katanya.
Ia menambahkan, dolar AS yang cenderung melemah turut membuka peluang bagi rupiah mengalami apresiasi di pasar valas domestik. Kebijakan Presiden AS Donald Trump yang belum pasti memengaruhi fluktuasi dolar AS.
"Walaupun notulensi pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) menunjukkan mayoritas anggota the Fed menginginkan kenaikan suku bunga acuannya lebih cepat, baik dolar AS maupun yield obligasi AS sama-sama turun. Hal itu dikarenakan The Fed juga memasukkan faktor ketidakpastian kebijakan Trump," katanya.
Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova menambahkan bahwa sentimen dari dalam negeri yang relatif cukup kondusif kembali direspons positif oleh pelaku pasar uang sehingga rupiah mengalami apresiasi.
"Sejumlah data ekonomi domestik yang telah dirilis seperti neraca perdagangan yang surplus serta menurunnya defisit transaksi berjalan Indonesia diharapkan dapat menopang rupiah ke depannya," katanya.