Magelang, ANTARA JATENG - Upacara bendera yang diselenggarakan setiap bulan pada tanggal 17 merupakan saat tepat untuk menyegarkan kembali nilai-nilai luhur semangat 45, kata Gubernur Akademi Militer Magelang, Jawa Tengah, Mayor Jenderal TNI Arif Rahman.


"Nilai-nilai luhur semangat 45 untuk dijadikan pedoman dan landasan hidup sebagai prajurit sejati yang selalu memegang teguh Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan Delapan Wajib TNI dalam setiap langkah pengabdian," katanya di Magelang, Jumat.


Ia mengatakan hal tersebut dalam amanat upacara bendera 17 Februari 2017 di lapangan Taruna Bhakti Akmil, dengan peserta upacara taruna/taruni tingkat I Mencandra (Resimen Candra Dimuka Akademi TNI) dan segenap organik Resimen Candra Dimuka, baik militer maupun PNS.


"Apa yang dikatakan para sejarahwan, bahwa mempelajari sejarah adalah dengan membangun sejarah, sangat besar manfaatnya dalam membangun karakter anak bangsa yang mengingatkan kita semua untuk `jas merah` yang artinya sangan sekali-kali melupakan sejarah, karena bila sudah tidak mengenal sejarah bangsa sendiri, maka akan terputus mata rantai sejarah itu dan pada akhirnya kita akan kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia," katanya.


Ia menuturkan sebagai penyangga negara dari ancaman terhadap kedaulatan, persatuan, dan kesatuan bangsa, sikap-sikap yang mengarah kepada lunturnya nilai-nilai wawasan kebangsaan, tidak boleh terjadi.


"Perlu dihayati secara benar untuk menumbuhkan dan memelihara wawasan kebangsaan, yaitu rasa kebangsaan, paham kebangsaan, dan semangat kebangsaan," katanya.


Ia menjelaskan rasa kebangsaan merupakan kesadaran berbangsa dan bernegara yang tumbuh secara alamiah pada diri seseorang, karena adanya kesamaan tujuan hidup, kebudayaan, sejarah dan aspirasi perjuangannya.


Ia menuturkan kesamaan tujuan, budaya, sejarah, dan aspirasi perjuangan tersebut telah menempatkan bangsa Indonesia secara alami sebagai komunitas budaya, komunitas sejarah, dan komunitas kepentingan bersama.


Oleh karena itu, katanya pengelolaan nilai-nilai dan ikatan-ikatan bersama itu jangan sampai memberi peluang tergesernya paham "multicultural nationalism" oleh paham "monocultural nationalism" yang menjurus kepada pemecahbelahan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.


Sedangkan, paham kebangsaan dipercaya sebagai faktor utama yang mempersatukan perbedaan yang ada dan kemerdekaan sebagai wujud perkembangan kesadaran bangsa, hanya akan dicapai apabila ada persatuan yang kuat. Persatuan Indonesia tidak menghapus keanekaragaman dan bukan menciptakan keseragaman, melainkan melestarikan dan mengembangkan kebhinnekaan.


Ia mengatakan semangat kebangsaan yang merupakan tekad sejati demi membela dan rela berkorban bagi kepentingan bangsa dan negaranya mendorong keberhasilan dalam mempersatukan segala macam perbedaan sehingga harus dikawal dari hal-hal yang dapat melonggarkan ikatan-ikatan dan nilai-nilai kebersamaan yang sudah dibangun oleh para pendahulu, seperti pergeseran tata nilai sosial budaya akibat perkembangan lingkungan strategis serta dampak negatif globalisasi.


"Saya berharap dengan pemahaman tersebut akan tumbuh rasa dan semangat nasionalisme yang kuat bagi segenap peserta upacara. Saya percaya bahwa para taruna/taruni di Resimen Chandradimuka ini adalah pribadi pilihan dan merupakan hasil dari kompetisi serta seleksi ribuan peminat dari seluruh penjuru Tanah Air yang menginginkan untuk dapat mengabdi kepada NKRI melalui jalur militer," katanya.

Pewarta : Heru Suyitno
Editor :
Copyright © ANTARA 2024