Paris, ANTARA JATENG - Seorang pria bersenjata parang yang ditembak prajurit Prancis dekat pintu masuk Musium Louvre, Paris, berasal dari Mesir yang tiba di Prancis pada 26 Januari lalu setelah memperoleh visa turis di Dubai, jaksa penuntut Paris mengatakan.
Sumber-sumber keamanan di Kairo mengidentifikasi pria tersebut bernama Abdullah Reda al-Hamany, yang lahir di Dakahlia, sebuah provinsi di sebelah timur laut Kairo, ibu kota Mesir.
Dilaporkan pria itu yang menyerang prajurit Prancis menderita luka-luka serius setelah ditembak.
Polisi menggeledah sebuah apartemen yang disewa pria itu di Paris dan sedang bekerja untuk menentukan apakah ia bertindak sendiri atau atas suruhan seseeorang, kata jaksa Francois Molins dalam jumpa pers Jumat malam.
Pria itu mengenakan T-shirt ketika ia menyerang sejumlah prajurit yang memeriksa tas-tas dekat pusat perbelanjaan musium itu dengan "parang di masing-masing tangannya", kata Molins.
Ia menyerang satu prajurit dan memukul seorang lagi hingga jatuh. Ketika ia terus melancarkan serangan-serangan terhadap prajurit itu yang di tanah, pria itu ditembak di bagian perut, kata Molins.
Sebuah sumber yang dekat dengan penyidikan mengatakan kepada Reuters bahwa petugas menemukan kaleng-kaleng cat - bukan bahan peledak di dalam tas yang dibawa pria tersebut.
Pada pertemuan para pemimpin Uni Eropa di Malta, Presiden Prancis, Francois Hollande, memuji keberanian dan tekad para prajurit. Operasi itu tak diragukan mencegah serangan teroris, katanya.
Prajurit yang menembak pria itu berasal dari satu kelompok yang sedang berpatroli dan merupakan pemandangan umum di Paris sejak keadaan darurat diberlakukan pada November 2015 setelah bom dan serangan-serangan dilakukan militan IS.
Penyididkan anti-terorisme telah dibuka, kata jaksa itu. Seorang pria lainnya luka-luka di bagian kulit kepala.
Sumber-sumber keamanan di Kairo mengidentifikasi pria tersebut bernama Abdullah Reda al-Hamany, yang lahir di Dakahlia, sebuah provinsi di sebelah timur laut Kairo, ibu kota Mesir.
Dilaporkan pria itu yang menyerang prajurit Prancis menderita luka-luka serius setelah ditembak.
Polisi menggeledah sebuah apartemen yang disewa pria itu di Paris dan sedang bekerja untuk menentukan apakah ia bertindak sendiri atau atas suruhan seseeorang, kata jaksa Francois Molins dalam jumpa pers Jumat malam.
Pria itu mengenakan T-shirt ketika ia menyerang sejumlah prajurit yang memeriksa tas-tas dekat pusat perbelanjaan musium itu dengan "parang di masing-masing tangannya", kata Molins.
Ia menyerang satu prajurit dan memukul seorang lagi hingga jatuh. Ketika ia terus melancarkan serangan-serangan terhadap prajurit itu yang di tanah, pria itu ditembak di bagian perut, kata Molins.
Sebuah sumber yang dekat dengan penyidikan mengatakan kepada Reuters bahwa petugas menemukan kaleng-kaleng cat - bukan bahan peledak di dalam tas yang dibawa pria tersebut.
Pada pertemuan para pemimpin Uni Eropa di Malta, Presiden Prancis, Francois Hollande, memuji keberanian dan tekad para prajurit. Operasi itu tak diragukan mencegah serangan teroris, katanya.
Prajurit yang menembak pria itu berasal dari satu kelompok yang sedang berpatroli dan merupakan pemandangan umum di Paris sejak keadaan darurat diberlakukan pada November 2015 setelah bom dan serangan-serangan dilakukan militan IS.
Penyididkan anti-terorisme telah dibuka, kata jaksa itu. Seorang pria lainnya luka-luka di bagian kulit kepala.