Jakarta Antara Jateng - Baju kampanye atau kostum tiga pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta menuai beragam komentar dari para pemilih ibu kota, mulai dari orisinilitas hingga gaya yang mereka pilih.
Endah (34), warga kawasan Tanjung Barat mengatakan, dari ketiga paslon, hanya pasangan Agus-Slyvi yang menurutnya orisinil, yakni kaos ber-badge di bagian lengan dan batik bermotif ondel-ondel. "Ahok mengikuti gaya Pak Jokowi. Anies juga mengikuti Pak Jokowi. Agus yang orisinil," tutur dia kepada ANTARA News dalam pesan elektroniknya, Rabu.
Kendati begitu, perempuan yang merupakan PNS di Jakarta itu mengatakan apa pun atribut paslon tidak akan mempengaruhi pilihannya dalam Pilkada 2017 mendatang.
"Bagiku, mereka pake baju apa pun enggak pengaruh. Kalau dari pandanganku, atribut tidak pengaruh. Aku lihat dari cara mereka bersikap dan berpendapat," tutur Endah. Di lain sisi, Sandara (30), warga asal Jakarta Timur justru beranggapan gaya berbusana ketiga paslon saat kampanye kurang "kece" dari sisi fesyen.
"Kurang fashionable. Mereka lebih memperhatikan dari sisi kepentingan politik atau partai. Harusnya mereka hire fashion stylist kali ya," kata dia dalam kesempatan berbeda.
Sementara itu, Iit Septyaningsih (25) berpandangan pemilihan busana kampanye Agus menitikberatkan rasa Indonesia dari sisi mantan prajurit.
"Agus, bagus sih variatif, tampaknya dia ingin menunjukkan ke-Indonesiannya secara dia mantan prajurit. Jadi pasti kostum dia ingin menunjukkan hal itu," kata dia.
Lain lagi dengan pasangan Anies-Sandiaga yang identik dengan kemeja putih panjang polosnya. Menurut perempuan berhijab itu, Anies dan Sandiaga terkesan ingin menunjukkan transparansi.
"Kalau Anies, putih itu kan berarti suci putih bersih. Dia mau menunjukkan kesan pemerintahan dia nanti bakal putih transparan bersih," tutur Iit.
Sementara, busana kotak-kotak Ahok-Djarot, sambung dia, seperti melambangkan keberanian dan ketegasan bila nantinya terpilih memimpin Jakarta.
"Ahok, (kostum) merah melambangkan warna partai pengusungnya dan menunjukkan keberanian dan ketegasan. Mungkin itu yang mau dia bawa pas memerintah DKI," kata dia. Tak ingin mempermasalahkan orisinilitas, Iit mengatakan kostum Ahok-Djarot terkesan mengisyaratkan strategi paslon tidak berbeda jauh dari pilkada sebelumnya.
"Kalau kotak-kotaknya ya karena dulu Jokowi juga kotak-kotak secara partai pengusungnya sama strategi juga enggak bakal beda jauh," pungkas dia.
Hal senada diungkapkan, Indriyani Astuti. Bagi dia, orisinil atau tidak, ketiga pasangan calon tentu ingin membangun citra mereka sesuai karakter masing-masing. "Orisinil sih karena kan mereka ingin membangun citra yang beda-beda sesuai karakter masing-masing," kata dia.
Endah (34), warga kawasan Tanjung Barat mengatakan, dari ketiga paslon, hanya pasangan Agus-Slyvi yang menurutnya orisinil, yakni kaos ber-badge di bagian lengan dan batik bermotif ondel-ondel. "Ahok mengikuti gaya Pak Jokowi. Anies juga mengikuti Pak Jokowi. Agus yang orisinil," tutur dia kepada ANTARA News dalam pesan elektroniknya, Rabu.
Kendati begitu, perempuan yang merupakan PNS di Jakarta itu mengatakan apa pun atribut paslon tidak akan mempengaruhi pilihannya dalam Pilkada 2017 mendatang.
"Bagiku, mereka pake baju apa pun enggak pengaruh. Kalau dari pandanganku, atribut tidak pengaruh. Aku lihat dari cara mereka bersikap dan berpendapat," tutur Endah. Di lain sisi, Sandara (30), warga asal Jakarta Timur justru beranggapan gaya berbusana ketiga paslon saat kampanye kurang "kece" dari sisi fesyen.
"Kurang fashionable. Mereka lebih memperhatikan dari sisi kepentingan politik atau partai. Harusnya mereka hire fashion stylist kali ya," kata dia dalam kesempatan berbeda.
Sementara itu, Iit Septyaningsih (25) berpandangan pemilihan busana kampanye Agus menitikberatkan rasa Indonesia dari sisi mantan prajurit.
"Agus, bagus sih variatif, tampaknya dia ingin menunjukkan ke-Indonesiannya secara dia mantan prajurit. Jadi pasti kostum dia ingin menunjukkan hal itu," kata dia.
Lain lagi dengan pasangan Anies-Sandiaga yang identik dengan kemeja putih panjang polosnya. Menurut perempuan berhijab itu, Anies dan Sandiaga terkesan ingin menunjukkan transparansi.
"Kalau Anies, putih itu kan berarti suci putih bersih. Dia mau menunjukkan kesan pemerintahan dia nanti bakal putih transparan bersih," tutur Iit.
Sementara, busana kotak-kotak Ahok-Djarot, sambung dia, seperti melambangkan keberanian dan ketegasan bila nantinya terpilih memimpin Jakarta.
"Ahok, (kostum) merah melambangkan warna partai pengusungnya dan menunjukkan keberanian dan ketegasan. Mungkin itu yang mau dia bawa pas memerintah DKI," kata dia. Tak ingin mempermasalahkan orisinilitas, Iit mengatakan kostum Ahok-Djarot terkesan mengisyaratkan strategi paslon tidak berbeda jauh dari pilkada sebelumnya.
"Kalau kotak-kotaknya ya karena dulu Jokowi juga kotak-kotak secara partai pengusungnya sama strategi juga enggak bakal beda jauh," pungkas dia.
Hal senada diungkapkan, Indriyani Astuti. Bagi dia, orisinil atau tidak, ketiga pasangan calon tentu ingin membangun citra mereka sesuai karakter masing-masing. "Orisinil sih karena kan mereka ingin membangun citra yang beda-beda sesuai karakter masing-masing," kata dia.