Jakarta Antara Jateng - Kementerian Riset dan Teknologi siap mengirim 15 inovator "start up" untuk mempelajari pola inovasi dan teknologi di Inggris.
"Kami ingin memanfaatkan keahlian Inggris dan membangun kerja sama yang seimbang dengan mengirimkan inovator-inovator kita untuk belajar praktik-praktik terbaik dan melakukan proyek bersama," kata Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Indonesia M Nasir di Jakarta, Selasa.
Usai acara penandatanganan nota kesepahaman Indonesia-Inggris soal teknologi dan informasi, ia berharap kolaborasi dua pihak dapat memberi manfaat di bidang ilmu pengetahuan dan inovasi serta berlangsung untuk jangka panjang.
Ia mengatakan pengiriman inovator ke Inggris itu berguna untuk mengembangkan riset yang berbasis industri. Artinya, riset kita hanya berhenti pada pemaparan hasil penelitian aja.
Lebih dari itu, kata dia, penelitian akan bermanfaat dalam industri dengan inovasinya. Maka dari itu Nasir berterima kasih kepada The Newton Fund yang turut mendanai pengiriman inovator Indonesia ke Inggris.
"Kami akan memilih para inovator ini untuk berangkat ke Inggris. Tujuannya, kita bisa mempercepat pemanfaatan inovasi untuk industri," kata dia.
Ia mengatakan para inovator itu akan berada di Inggris selama dua pekan.
Menambahkan, Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Jumain Appe mengatakan para inovator "start up" itu akan diberangkatkan pada November 2016.
"Tadinya rencana Oktober kami berangkatkan, tapi baru November. Ini untuk persiapan 2017 yang harus kita mulai. Dari inovator ini diharapkan bisa untuk government to government atau business to business," katanya.
Menteri Luar Negeri Bidang Asia dan Pasifik Inggris, Alok Sharma, mengatakan Inggris berada di garis depan dalam inovasi global. Dia berharap dapat berkembang bersama dengan Indonesia dalam hal inovasi.
Di era inovasi, kata dia, negara-negara tidak seharusnya bekerja sendiri-sendiri dalam menjawab tantangan global. Kolaborasi merupakan kunci dalam memajukan masyarakat.
"Kami ingin memanfaatkan keahlian Inggris dan membangun kerja sama yang seimbang dengan mengirimkan inovator-inovator kita untuk belajar praktik-praktik terbaik dan melakukan proyek bersama," kata Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Indonesia M Nasir di Jakarta, Selasa.
Usai acara penandatanganan nota kesepahaman Indonesia-Inggris soal teknologi dan informasi, ia berharap kolaborasi dua pihak dapat memberi manfaat di bidang ilmu pengetahuan dan inovasi serta berlangsung untuk jangka panjang.
Ia mengatakan pengiriman inovator ke Inggris itu berguna untuk mengembangkan riset yang berbasis industri. Artinya, riset kita hanya berhenti pada pemaparan hasil penelitian aja.
Lebih dari itu, kata dia, penelitian akan bermanfaat dalam industri dengan inovasinya. Maka dari itu Nasir berterima kasih kepada The Newton Fund yang turut mendanai pengiriman inovator Indonesia ke Inggris.
"Kami akan memilih para inovator ini untuk berangkat ke Inggris. Tujuannya, kita bisa mempercepat pemanfaatan inovasi untuk industri," kata dia.
Ia mengatakan para inovator itu akan berada di Inggris selama dua pekan.
Menambahkan, Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Jumain Appe mengatakan para inovator "start up" itu akan diberangkatkan pada November 2016.
"Tadinya rencana Oktober kami berangkatkan, tapi baru November. Ini untuk persiapan 2017 yang harus kita mulai. Dari inovator ini diharapkan bisa untuk government to government atau business to business," katanya.
Menteri Luar Negeri Bidang Asia dan Pasifik Inggris, Alok Sharma, mengatakan Inggris berada di garis depan dalam inovasi global. Dia berharap dapat berkembang bersama dengan Indonesia dalam hal inovasi.
Di era inovasi, kata dia, negara-negara tidak seharusnya bekerja sendiri-sendiri dalam menjawab tantangan global. Kolaborasi merupakan kunci dalam memajukan masyarakat.