Jakarta, Antarajateng - Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat memiliki dampak positif dan negatif dari segi keamanan informasi. Di antara dampak negatif akan perkembangan teknologi adalah makin terbukanya celah keamanan informasi.

Ancaman serangan cyber (siber) tiap tahun terus meningkat seiring dengan makin mudahnya akses internet di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Celah keamanan informasi yang ada dimanfaatkan pihak asing untuk mengeruk dan mengambil keuntungan informasi di Indonesia. Salah satu ancaman siber yang cukup serius adalah penyadapan. Tidak hanya terjadi pada institusi dan pejabat negara, tetapi penyadapan juga mengintai warga negara Indonesia.

Serangan siber yang sering terjadi, di antaranya pengambilan data informasi pribadi individu, pencurian kartu kredit, hingga cyber terrorism. Namun, menurut Direktur Utama PT Indoguardika Cipta Kreasi (ICK) Agung Setia Bakti, dalam situasi tertentu serangan siber juga bisa menyerang negara.

“Contohnya adalah Estonia. Pada tahun 2007, negara itu lumpuh setelah dihajar serangan siber,” Direktur Utama PT Indoguardika Cipta Kreasi (ICK) kata Agung Setia Bakti, M.Si. yang didampingi Dahniar Wisnu Paramita, M.Kom. (Teknologi Director) dan Imaduddin Amrullah, S.Kom. (Research and Development Product Supervisor).

Sementara itu, lanjut dia, salah satu kasus paling menghebohkan yang terjadi di Indonesia adalah peristiwa penyadapan yang dilakukan Australia terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada tahun 2014. Selain di Indonesia, kasus penyadapan juga ramai menjadi perbincangan dunia, seperti yang dibeberkan dokumen Wikileaks puluhan kepala negara telah menjadi korban penyadapan. Bahkan, beberapa waktu lalu surat elektronik (e-mail) Direktur CIA berhasil diretas oleh seorang pelajar SMA di Amerika Serikat (AS).

Guna mengantisipasi terulangnya peristiwa tersebut, PT Indoguardika Cipta Kreasi (ICK)—sebuah perusahaan antisadap pertama di Indonesia— berkomitmen menciptakan berbagai produk di bidang teknologi sekuriti (keamanan) untuk menjaga kedaulatan bangsa Indonesia.

“Kedaulatan yang harus dijaga negara, bukan hanya darat, laut, dan udara. Informasi dan komunikasi di negeri ini juga harus dijaga dari tangan-tangan asing,” kata Agung Setia Bakti.

Menurut Agung, salah satu kunci kedaulatan bangsa adalah mandiri dalam teknologi, terutama terkait dengan pertahanan dalam negeri. Selama ini, kata dia, pemerintah, militer, organisasi intelijen, dan kepolisian masih menggunakan peralatan IT produk asing sehingga memungkinkan informasinya bocor.

“Kita ingin Indonesia berdaulat dan tidak tergantung pada asing terkait keamanan data atau teknologi informasi (TI). Ketika sistem keamanan data memakai pihak luar, kita tidak bisa menjamin 100 persen data akan aman,” kata Agung.

Berikutnya... Vide: Produk Keamanan untuk Sipil dan Militer

Pewarta : -
Editor : D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2024