Solo, Antara Jateng - Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta bersama Eliminate Dengue Projeck (EDP) Yogyakarta mengembangkan nyamuk anti deman berdarah, melalui perkembangbiakan nyamuk dengan Wolbachia, kata peneliti dari EDP Prof Utarini.
"Dengan nyamuk ber-Wolbachia, virus dengue tidak dapat ditularkan kepada manusia," kata peneliti dari EDP Prof Utarini di sela Pameran dalam rangka peringatan Harteknas ke 21 di Solo, Rabu.
Ia mengatakan telur nyamuk, akan berkembang dan menjadi nyamuk dewasa dan kawin dengan nyamuk setempat, kemudian menghasilkan nyamuk yang sudah mengandung Wolbachia.
Dikatakan dalam kurun waktu tertentu sebagian besar nyamuk Aedes aegypti yang ada di kota Yogyakarta akan mengandung Wolbachia,sehingga jika tergigit nyamuk, manusia tak akan tertular DBD.
Ia mengatakan langkah itu dilakukan untuk mengurangi jumlah penderita penyakit demam berdarah dengue yang cukup tinggi dan membutuhkan penanganan serius. Apalagi sejak 1960 demam berdarah menjadi persoalan cukup serius di Indonesia.
Prof Utarini menyatakan Wolbachia menjadi metode yang aman dan ramah lingkungan, efisien dan berkelanjutan. Bila di sebagian besar nyamuk di suatu wilayah sudah memiliki Wolbachia, maka metode ini tidak perlu diaplikasikan ulang. Nyamuk ber-Wolbachia akan berkembang biak alami pada populasi nyamuk Aedes aegypti.
Dipaparkan, Yogyakarta dipilih karena tingginya angka kejadian DBD, kepadatan penduduk yang tinggi dan nyamuk Aedes aegypti ditemukan sepanjang tahun di seluruh kalurahan.
Ditambahkan, terkait dengan Wolbachia, pada Maret 2016 The World Healt Organisation (HWO) mengeluarkan pernyataan bahwa Wolbachia merupakan teknologi baru yang menjanjikan untuk menekan replikasi virus dengue, chikungunya dan zika dalam tubuh Aedes Aegypti.
"Dengan nyamuk ber-Wolbachia, virus dengue tidak dapat ditularkan kepada manusia," kata peneliti dari EDP Prof Utarini di sela Pameran dalam rangka peringatan Harteknas ke 21 di Solo, Rabu.
Ia mengatakan telur nyamuk, akan berkembang dan menjadi nyamuk dewasa dan kawin dengan nyamuk setempat, kemudian menghasilkan nyamuk yang sudah mengandung Wolbachia.
Dikatakan dalam kurun waktu tertentu sebagian besar nyamuk Aedes aegypti yang ada di kota Yogyakarta akan mengandung Wolbachia,sehingga jika tergigit nyamuk, manusia tak akan tertular DBD.
Ia mengatakan langkah itu dilakukan untuk mengurangi jumlah penderita penyakit demam berdarah dengue yang cukup tinggi dan membutuhkan penanganan serius. Apalagi sejak 1960 demam berdarah menjadi persoalan cukup serius di Indonesia.
Prof Utarini menyatakan Wolbachia menjadi metode yang aman dan ramah lingkungan, efisien dan berkelanjutan. Bila di sebagian besar nyamuk di suatu wilayah sudah memiliki Wolbachia, maka metode ini tidak perlu diaplikasikan ulang. Nyamuk ber-Wolbachia akan berkembang biak alami pada populasi nyamuk Aedes aegypti.
Dipaparkan, Yogyakarta dipilih karena tingginya angka kejadian DBD, kepadatan penduduk yang tinggi dan nyamuk Aedes aegypti ditemukan sepanjang tahun di seluruh kalurahan.
Ditambahkan, terkait dengan Wolbachia, pada Maret 2016 The World Healt Organisation (HWO) mengeluarkan pernyataan bahwa Wolbachia merupakan teknologi baru yang menjanjikan untuk menekan replikasi virus dengue, chikungunya dan zika dalam tubuh Aedes Aegypti.