Semarang, Antara Jateng - PT Indocement Tunggal Prakarsa memastikan komitmennya untuk menerapkan teknologi ramah lingkungan termutakhir pada pabrik yang direncanakan dibangun di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, pada 2017.

"Kami masih jadi satu yang terbaik dalam menjalankan komitmen mengurangi emisi karbondioksida," kata Direktur Utama PT Indocement Tunggal Prakarsa Christian Kartawijaya di Semarang, Selasa.

Ia menjelaskan Indocement menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang berhasil menyelesaikan proyek mekanisme pembangunan bersih berupa proyek bahan bakar serta bahan baku alternatif untuk mengurangi emisi karbondioksida pada proses produksi.

Kesungguhan langkah Indocement sendiri secara nyata yang berhasil mengurangi emisi tersebut telah diakui oleh dunia internasional dan menjadi perusahaan pertama di Asia Tenggara mendapatkan "Certified Emission Reduction" pada 2005.

Ia menyebutkan, Indocement sendiri telah menerapkan nilai ambang batas debu sebesar 60 miligram per meter kubik untuk seluruh kompleks pabriknya.

Menurut dia, angka 25 persen tersebut lebih rendah dibandingkan dengan standar yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup yang mencapai 80 mg/m3.

Selain itu, kata dia, penggunaan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan berupa cangkang sawit dan serbuk gergaji dapat menurunkan emisi CO2.

Lebih lanjut Christian mengatakan bahwa pada teknologi pabriknya, Indocement juga menggunakan teknologi terbaru berupa "bag filter" yang sudah diaplikasikan pada pabrik di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

"Teknologi ini adalah yang paling mutakhir dan efektif dalam menyerap debu, ditambah pemasangan 'Flue Gas Desulfurization' mampu mengurangi emisi menjadi kurang dari 100 miligram per meter kubik," ujarnya.

Terkait dengan adanya tuduhan dari kelompok masyarakat yang kontra investasi di Pegunungan Kendeng, Kabupaten Jepara, Christian menganggap hal tersebut lebih disebabkan oleh distorsi informasi yang dilakukan kelompok kepentingan karena justru Indocement selalu meningkatkan kelestarian hayati di area kapur yang sebelumnya kering dan tandus.

"Kebohongan besar kalau ada pabrik semen, maka kemudian air habis, dan kami tidak pernah menambang yang ada mata airnya, kami beda dengan para penambang liar," tegasnya.

Menurut dia, pabrik semen, khususnya Indocement, hanya membutuhkan air sedikit dan itupun diambil bukan dari mata air.

Ia mengaku memiliki bukti reklamasi progresif yang berafiliasi dengan IPB dan UNDIP.

"Publik bisa melihat fakta mengenai suburnya sawah di dalam lingkungan pabrik Indocement di Citeureup, Bogor, dan mata air panas yang terpelihara di pabrik semennya di Palimanan, Cirebon," katanya.

Indocement lewat anak usahanya PT Sahabat Mulia Sakti memprakarsai pembangunan pabrik semen yang diperkirakan akan dimulai pada 2017 dan menyerap setidaknya 1.650 tenaga kerja pada tahap konstruksi dan sekitar 3.000 tenaga kerja langsung dan tidak langsung pada tahap pengoperasian.

Tenaga kerja akan diambil dari Kabupaten Pati dan berbagai wilayah lain di Provinsi Jawa Tengah.

Proyek bernilai Rp7 triliun ini akan membuka lapangan kerja yang meliputi berbagai jenis dan level pekerjaan.

Pewarta : Wisnu Adhi Nugroho
Editor : Wisnu Adhi Nugroho
Copyright © ANTARA 2024