Solo, Antara Jateng - Jurusan Pedalangan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Solo dalam upaya melstarikan nilai-nilai budaya tradisi serta menggalakan wisata budaya, sekaligus memperingati Dies Natalis ke52 ISI Solo akan menggelar ruwatan massal untuk umum.
Ruwatan massal itu dijadwalkan tanggal 16 Juli 2016 di Pendapa Agung ISI Solo, dengan dalang pangruwat Ki H.Manteb Soedarsono, kata Panitia Ruwatan ISI Solo Esha Kardus di Solo, Kamis
Ia mengatakan bagi masyarakat yang ingin ikut serta dalam ruwatan tersebut, pendaftaran telah dibuka mulai tanggal 11 April sampai 1 Juli 2016, dengan mendaftarkan di ke Sekretariat Panitia Ruwatan Sukerta Jurusan Pedalangan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Solo.
Ruwatan Sukerta adalah sebuah peristiwa budaya yang kini telah langka hadir di tengah-tengah masyarakat. Dalam pandangan hidup masyarakat Jawa, Sukerta adalah orang yang memiliki cacat spiritual atau hidupnya berada dalam masalah.
Ia mengatakan mengingat hal tersebut maka untuk bisa kembali pada kondisi normal orang Sukerta perlu melewati serangkaian prosesi ritual.
Dikatakan mengacu pada Kitab Pustaka Raja Purwa karya Ronggowarsito orang Sukerta ada 136 macam, Kitab Centhini karya Sri Pakubuwana V menyebut 19 macam, Serat murwakala menyebut 19 macam, dan Kitab Manik Maya serta Pakem Pangruwatan Murwakala sama-sama menyebutkan orang yang nandang Sukerta ada 60 macam.
Beberapa macam Sukerta yang cukup dikenal masyarakat yaitu ontang-anting satu anak laki-laki, unting-unting satu anak perempuan, Kedhana-kedhini dua anak laki-laki dan perempuan, Kedhini-kedhana dua anak perempuan dan laki-laki.
Kembang Sepasang dua anak perempuan semua, Uger-uger Lawang dua anak laki-laki semua, Sendhang Kaapit Pancuran tiga anak laki-laki, perempuan, laki-laki, Pancuran Kaapit Sendhang tiga anak perempuan, laki-laki, perempuan.
Tripurusa tiga anak laki-laki semua, Triwati tiga anak perempuan semua, Saramba empat anak laki-laki semua, Sarimpi empat anak perempuan semua, Pandhawa lima anak laki-laki semua, Ngayoni lima anak perempuan semua, Apil-apil lima anak empat laki-laki dan satu perempuan, dan masih banyak lagi.
Ruwatan massal itu dijadwalkan tanggal 16 Juli 2016 di Pendapa Agung ISI Solo, dengan dalang pangruwat Ki H.Manteb Soedarsono, kata Panitia Ruwatan ISI Solo Esha Kardus di Solo, Kamis
Ia mengatakan bagi masyarakat yang ingin ikut serta dalam ruwatan tersebut, pendaftaran telah dibuka mulai tanggal 11 April sampai 1 Juli 2016, dengan mendaftarkan di ke Sekretariat Panitia Ruwatan Sukerta Jurusan Pedalangan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Solo.
Ruwatan Sukerta adalah sebuah peristiwa budaya yang kini telah langka hadir di tengah-tengah masyarakat. Dalam pandangan hidup masyarakat Jawa, Sukerta adalah orang yang memiliki cacat spiritual atau hidupnya berada dalam masalah.
Ia mengatakan mengingat hal tersebut maka untuk bisa kembali pada kondisi normal orang Sukerta perlu melewati serangkaian prosesi ritual.
Dikatakan mengacu pada Kitab Pustaka Raja Purwa karya Ronggowarsito orang Sukerta ada 136 macam, Kitab Centhini karya Sri Pakubuwana V menyebut 19 macam, Serat murwakala menyebut 19 macam, dan Kitab Manik Maya serta Pakem Pangruwatan Murwakala sama-sama menyebutkan orang yang nandang Sukerta ada 60 macam.
Beberapa macam Sukerta yang cukup dikenal masyarakat yaitu ontang-anting satu anak laki-laki, unting-unting satu anak perempuan, Kedhana-kedhini dua anak laki-laki dan perempuan, Kedhini-kedhana dua anak perempuan dan laki-laki.
Kembang Sepasang dua anak perempuan semua, Uger-uger Lawang dua anak laki-laki semua, Sendhang Kaapit Pancuran tiga anak laki-laki, perempuan, laki-laki, Pancuran Kaapit Sendhang tiga anak perempuan, laki-laki, perempuan.
Tripurusa tiga anak laki-laki semua, Triwati tiga anak perempuan semua, Saramba empat anak laki-laki semua, Sarimpi empat anak perempuan semua, Pandhawa lima anak laki-laki semua, Ngayoni lima anak perempuan semua, Apil-apil lima anak empat laki-laki dan satu perempuan, dan masih banyak lagi.