"Minimal, membuat nyaman dulu kawasan Kota Lama. Kami akan 'bersihkan' dari hal-hal yang tidak semestinya ada di sini (Kota Lama, red.)," kata Ita, sapaan akrab Hevearita di Semarang, Senin.

Ita yang juga Wakil Wali Kota Semarang itu juga sudah berkeliling kawasan Kota Lama untuk melihat secara langsung kondisi nyata untuk menentukan kebijakan dan langkah-langkah yang akan dilakukan.

Ia menegaskan kawasan Kota Lama awalnya memang bukan destinasi, melainkan "living heritage" atau warisan budaya yang hidup, namun selama ini banyak yang terbalik dalam mempersepsikannya.

"Baru kalau sudah hidup (kawasan Kota Lama, red.) akan jadi destinasi wisata. Selama ini kan banyak yang 'kebalik-balik'. Kota Lama awalnya bukan destinasi, namun 'living heritage'," tuturnya.

Menurut dia, BPK2L melihat banyak kegiatan di kawasan Kota Lama yang tidak membuat kenyamanan, seperti keberadaan pedagang kaki lima (PKL) yang semerawut, arena sabung ayam, dan kehidupan malamnya.

"Untuk PKL, kami tegaskan tidak akan menggusur, namun bagaimana menempatkan mereka agar nyaman dalam mencari penghidupan. Tentunya, kami akan membuatkan tempat yang baik," ucapnya.

Termasuk pula keberadaan penjual-penjual ayam di kawasan Jalan Kepodang, berikut adanya sabung ayam, lanjut dia, tentunya membuat masyarakat dan pemilik gedung menjadi enggan berinvestasi.

"Kami sudah menghubungi para pemilik gedung atau bangunan. Mereka tentunya tidak mau membangun kalau lingkungannya seperti itu. Orang-orang semestinya mau datang jadi tidak mau," ujarnya.

Untuk itulah, kata dia, BPK2L akan membuat standar operasional prosedur (SOP) yang menjadikan pedoman dalam penataan kawasan Kota Lama Semarang agar langkah yang dilakukan bisa sinergi.

"Kalau tidak punya pedoman, dalam penanganannya akan berbeda dari masa ke masa. Makanya, kami akan buat SOP-SOP agar langkahnya benar. Kami sudah 'mapping' mana saja yang harus dibenahi," pungkasnya.

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024