"Kemampuan untuk merangkai janur tidak sekadar untuk terampil membuat penjor, akan tetapi bisa dikembangkan oleh para peserta untuk membuat suvenir dari janur basah dan kering," kata Ketua Presidium Forum Humas Badan Usaha Milik Negara Purwanto di Borobudur, Selasa.

Purwanto yang juga Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia PT TWCBPRB itu, mengatakan hal tersebut ketika membuka pelatihan dengan 40 peserta yang warga berasal dari 17 desa di sekitar Candi Borobudur. Penyelenggara menghadirkan Sukir, seniman kondang spesialis kreasi janur dari Yogyakarta untuk melatih para peserta.

Hadir pada pembukaan pelatihan yang akan berlangsung hingga akhir Maret 2016 itu, antara lain Direktur Eksekutif Forum Humas BUMN Riana, Sekretaris PT TWCBPRB Pujo Suwarno, Kepala Unit Taman Wisata Candi Borobudur Chrisnamurti Adiningrum, Pimpinan BNI Magelang Daniek Widyaningroem, dan Ketua Peguyuban Kepala Desa se-Kecamatan Borobudur yang juga Kepala Desa Borobudur Suherman.

Ia mengemukakan pemanfaatan bahan kreasi seni janur juga terkait dengan upaya meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar candi yang juga bangunan Buddha terbesar di dunia tersebut.

"Selanjutnya bisa dioptimalkan pemanfaatkannya. Ini kegiatan pelatihan terkait dengan kepedulian lingkungan. Mereka juga harus bisa meyakinkan konsumen untuk menciptakan bentuk-bentuk suvenir dengan mengolah janur dalam bentuk penjor dan bentuk apapun," tuturnya.

Kemampuan dan teknik memotong dan menyisir janur, katanya, harus mereka kuasai agar bisa mengembangkan diri dengan menciptakan suvenir yang bermancam-macam dan menarik.

Pada kesempatan itu, Purwanto juga mengemukakan tentang rencana Festival Penjor, berupa pemasangan cukup banyak penjor di tepi kanan dan kiri jalan raya dari pertigaan Palbapang Kecamatan Mungkid hingga Candi Borobudur yang berjarak sekitar lima kilometer pada pertengahan April 2016 dengan melibatkan para peserta pelatihan tersebut.

Direktur Eksekutif Forum Humas BUMN Riana mengatakan pemakaian kreativitas janur salah satu kultur dan seni Indonesia.

"Memiliki beragam fungsi, baik ornamen, simbol adat, tempat sesaji, maupun alat pendukung aktivitas sehari-hari," ujarnya.

Ia mengemukakan karya seni janur Indonesia yang pernah dipamerkan dalam berbagai kesempatan di beberapa negara, ternyata mendatangkan kekaguman masyarakat internasional.

Sebagai suatu budaya, katanya, kreativitas seni janur memiliki fungsi ideologis, sosial, dan teknis.

"Kegiatan ini meningkatkan kembali potensi wisata Borobudur dengan membuat kegiatan yang bersifat seni dan budaya. Selain itu, mengangkat dan mendokumentasikan kreativitas janur sebagai elemen seni dan budaya Indonesia yang harus dilestarikan dan dilindungi," imbuhnya.

Pewarta : M Hari Atmoko
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024