Dari jumlah itu, sebanyak 145 rumah rusak berat, 273 rusak sedang, dan 1.175 rusak ringan. Selain itu, gempa juga merusak dua sekolah, delapan unit sarana ibadah dan tiga kantor pemda.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran persnya yang diterima di Solo, Sabtu mengatakan kerusakan melanda 19 desa di Kecamatan Jailolo, dimana Desa Bobanehena yang berada di Teluk Jailolo adalah desa yang paling parah.

Sebanyak 10.165 jiwa mengungsi yang tersebar di 19 desa.

Sebagian warga mengungsi di depan rumah dengan tenda atau bangunan sederhana karena rumahnya rusak dan takut kembali ke rumah.

Sutopo mengatakan mengenai kebutuhan mendesak saat ini adalah bantuan makanan, tenda gulung, selimut, sarung, pelayanan kesehatan, alat komunikasi dan kebutuhan bayi dan ibu hamil.

Tim Reaksi Cepat BNPB masih berada dilokasi mendampingi BPBD dan telah memberikan bantuan.

Ia mengatakan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisiki BMKG mencatat terjadi 833 kali gempa sejak 16-11-2015 hingga 4-12-2015 dengan kekuatan yang bervariasi.

Ia mengatakan belum dapat diperkirakan kapan gempa akan selesai.

BMKG telah merilis bahwa gempa di Halmahera Barat adalah tipe swarm yakni aktivitas tektonik yang memiliki karakteristik frekuensi kejadian cukup banyak, kekuatan relatif kecil dan aktivitas lama.

Gempa ini tidak akan diikuti gempa besar yang memicu tsunami, longsor dan gunung meletus sehingga masyarakat diminta tenang, tidak terpancing isu-isu bahwa akan terjadi gempa besar dan tsunami, katanya.

Pewarta : Joko Widodo
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024