Peluncuran program dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan menanam padi menggunakan mesin penanam (transplater) di Desa Towangsan, Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Rabu.

Tujuh lembaga yang bekerja sama meluncurkan program pertanian ini adalah Badan Ketahanan Pangan Jateng, Bank Jateng, PT Unggul Niaga Selaras, PT Smart Berdikari, ICCO South East Asia Pasific, VECO, dan Yayasan Jawa Tengah Berdikari.

Ketujuh lembaga tersebut membentuk konsorsium dan bergotong royong menyumbang tenaga dan dana senilai 1,9 juta Euro untuk pelaksanaan program selama 4,5 tahun, bahkan Pemerintah Belanda melalui program FDOV mensubsidi dana program hingga 49 persen.

"Program ini bertujuan meningkatkan pendapatan 10.000 keluarga petani anggota 58 gabungan kelompok tani di 29 kabupaten di Jateng dan kami menargetkan pendapatan petani dapat meningkat 30 persen," kata anggota Badan Pelaksana Program Fadlil Kirom di sela peluncuran program.

Menurut dia, peningkatan ppendapatan berasal dari efisiensi pembelian benih, penggunaan pupuk, penerapan teknologi dan mekanisasi pertanian, serta peningkatan kualitas dan jumlah produksi padi, bahkan pogram ini tidak hanya mengajari cara bertani secara modern, tapi juga mengawal hingga tingkat pemasaran.

"Perusahaan yang kami gandeng bersedia membeli padi petani melebihi harga pasar, mensubsidi pupuk lebih murah, dan memberi petunjuk agar kualitas padi petani sesuai dengan standar pasar," ujarnya.

Yang menarik, kata dia, modernisasi pertanian ini juga memanfaatkan sistem data dan informasi menggunakan "smartphone".

"Setiap pendamping di satu gapoktan akan memasukkan koordinat lahan ke aplikasi 'google map' dan dalam jangka waktu tertentu, dari layanan gratis itu akan diperoleh ratusan data yang meliputi nama petani, luas lahan, kondisi tanah dan cuaca, kebutuhan pupuk," katanya.


Pewarta : Wisnu Adhi Nugroho
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024