"Kurang lebih ada 21 varietas padi, atau sekitar 10 persen dari total varietas (padi, red.) nasional berasal dari Batan," kata Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto di Salatiga, Jawa Tengah, Senin.

Hal itu diungkapkannya di sela "International Symposium on The Application of Nuclear Technology to Support National Sustainable Development Health, Agriculture, Energy, Industri, and Environment".

Simposium internasional yang berlangsung mulai 26-28 Oktober 2015 di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga itu diprakarsai Batan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Ristek Dikti, dan UKSW.

Djarot menjelaskan varietas padi yang dihasilkan Batan itu merupakan hasil pengembangan teknologi nuklir memiliki berbagai keunggulan di antaranya tahan lama, cepat masa panennya, dan rasanya pulen.

"Bukan berarti kami merekayasa atau mengubah suatu varietas, melainkan mempercepat dan memperbaiki varietasnya, misalnya dari produktivitasnya, dari semula lima ton/hektare menjadi 10-11 ton/ha," katanya.

Ia menjelaskan varietas padi yang dihasilkan Batan dari hasil pengembangan teknologi nuklir itu dinamai "Sidenuk" yang merupakan singkatan dari "Si Dedikasi Nuklir" yang sudah banyak ditanam petani.

Namun, kata dia, Batan bukan merupakan lembaga komersial sehingga hanya melakukan pengembangan riset atas varietas padi itu, sementara untuk penyebarannya diserahkan kepada petani dan pihak lainnya.


Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024